“Fear doesn't shut you down; it wakes you up”
― Veronica Roth, Divergent ―
Jakarta Hari Selasa, Tanggal 14 Januari 2016 Pukul 10.55 di daerah Thamrin-Sarinah, sekelompok orang yang berpaham radikal melaksanakan aksi teror yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya. Aksi teror sudah terdeteksi oleh pemerintah sebelum Natal dan Tahun Baru. Beberapa anggota kelompok sudah ditangkap sehingga kekuatan kelompok melemah, sisa kelompok yang tersisa melakukan "retaliation" atau aksi serangan balik yang diwujudkan pada hari ini. Kenekatan kelompok radikal dalam melakukan aksi ini bisa dikatakan sebagai tindakan yang profesional. Serangan mereka mirip dengan peristiwa teror bom paris yang memberikan efek fear ke seantero Eropa.
Secara amatir, saya mengamati, bahwa isis sangat meremehkan kekuatan pemerintah kita, khususnya Polri. Jika Polri belum pernah merasakan pengalaman memburu dan mengamankan teror seperti 14 tahun lalu ketika bom Bali pertama dan rentetan kasus teror yang ditebarkan setelahnya oleh azhari cs, mungkin serangan teror Thamrin berhasil menciptakan perasaan takut, mengulangi teror yang terjadi di Paris beberapa waktu lalu. Namun Polri saat ini sudah kenyang pengalaman. Langkah teror sisa kelompok hanya bertahan selama 5 menit, karena setelah kejadian bom pertama di Sarinah, Polisi sudah mulai berdatangan dan membalas tembakan kelompok teror hanya dengan bersenjatakan revolver. Diatas kertas, kekuatan Polisi versus kelompok teror Thamrin itu berat sebelah. Polisi yang berdatangan diawal serangan hanya bersenjatakan revolver dengan peluru kaliber kecil sebanyak 5 hingga 7 butir peluru, sementara kelompok teror memakai senjata FN dengan peluru kaliber lebih besar sebanyak 10 butir peluru, pistol rakit, granat rakit dan bom rakit.
Secara logika, kekuatan kelompok teror akan menggerus keberanian anggota Polisi untuk menghadapi mereka, namun yang kita saksikan sungguh mencengangkan, Polisi dengan senjata seadanya dengan gagah berani menyerbu dan mengepung kelompok teror, dan yang terjadi adalah sungguh mencengangkan, kelompok teror patah semangat dan memutuskan untuk bunuh diri. Menurut saya, biasanya kelompok teror akan berusaha untuk mencabut nyawa banyak orang sekaligus dengan nyawanya sendiri, namun yang terlihat di layar televisi adalah mereka menarik picu dan membunuh diri mereka sendiri. Serangan ke Pos Polisi juga tidak menimbulkan korban jiwa yang mencengangkan karena, mungkin, pilihan mereka terbatas.
Hari ini saya merasa kagum dan bangga dengan Polri yang telah menunjukkan komitmennya untuk melayani dan melindungi masyarakat. Meskipun tidak sempurna dan dalam keadaan kalah senjata, namun Bapak-bapak Polisi yang tidak saya ketahui namanya, maju dan melawan para pelaku teror. Nyali mereka patut diacungi dua jempol dan keuletan mereka untuk menyelesaikan aksi teror hanya dalam waktu 4 jam saja merupakan prestasi yang gilang gemilang. Terima Kasih Polri, jasamu membuat teror Thamrin gagal total akan tercatat dalam tinta emas sejarah perjalanan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H