Saya masih ingat, dulu setelah timnas Indonesia dibabat 0-3 oleh Malaysia di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, banyak masyarakat Indonesia yang menghina-hina Malaysia. Yang paling kelihatan dan paling rame, mereka menempatkan hinaan-hinaannya di dunia maya, terutama nge-update status di Twitter dan Facebook. Bahkan, teman saya sempat mendapatkan sms yang menjelek-jelekkan timnas Malaysia dan terakhir ada kata-kata ''Sebarkan ke pendukung timnas Indonesia yang lain''.
Kekhawatiran akan ''aksi balas dendam'' oleh suporter Indonesia tentu saja muncul. Karena pertandingan selanjutnya berlangsung di Negara Merah Putih ini. Tapi kekhawatiran itu ternyata ditampik oleh kedewasaan para suporter Indonesia (yaa, meskipun masih ada sedikit aksi laser-laseran dari suporter Indonesia).
Meski Indonesia tak mendapat gelar juara, tapi para suporter yang menonton langsung di Stadion Gelora Bung Karno tak ada satu pun yang melakukan aksi merusak dan melanggar hukum.
Lalu saya memeriksa kembali update-an status-status di dunia maya. Apakah lebih menghina-hina lagi atau tidak? Ternyata malah banyak yang menyatakan bahwa mereka bangga akan prestasi timnas Indonesia meskipun tak menduduki juara satu. Bahkan ada pula yang memuji dan mengakui kehebatan timnas Malaysia.
Jika sebagai pemain yang dibutuhkan adalah sikap sportif, maka sebagai suporter, sikap yang harusnya dimiliki adalah kedewasaan. Dan suporter Indonesia baru saja membuktikan sudah memiliki sikap itu.
Sekarang pertanyaannya adalah, mampukah sikap itu dipertahankan dan juga diaplikasikan di pertandingan-pertandingan olahraga yang lain. Karena masih ada persetruan-persetruan ndak penting antar suporter Indonesia sendiri. Malah sampai bunuh-bunuhan.
Contoh mudahnya adalah, persetruan antara suporter Persebaya (lebih dikenal sebagai Bonek) dan Arema Malang. Apakah masih perlu permusuhan seperti itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H