manusia hidup di dunia apalagi kalau bukan untuk melukis keindahan pelangi pada kehidupan setelah jiwa – jiwa diterbangkan oleh nuansa harmoni antara keramahan dan kesombongan….
banyak yang mengandung relatifitas dalam rahim hidup manusia. terkadang diberi kebebasan untuk membuat pilihan. terkadang hanya diberi beberapa opsi yang harus untuk dipilih. MUngkin tidak diberi kebebasan sama sekali, hanya disarankan untuk menapaki suatu jalan yang pasti. tentunya masih ada pilihan : mau menjalani atau tidak menjalani namun mengunduh konsekuensinya.
tapi semua itu tetap apa yang diperbuat tangan kita. warna yang salah pada lukisan tidak selalu membuat tarian kuas pada kanvas nampak gagal. jiwa yang hidup akan menggerakkan tongkat kuas itu hingga menorehkan warna-warna yang sesuai untuk kelayakan agar bisa dibilang bahwa ‘itu bentuk pelangi’.
manusia mempunyai ciri khas identitas yang unik. bahkan ketika ruanglingkupnya mengikis keunikan itu sendiri. karakter spesial pada diri seseorang itu tidak akan benar-benar hilang… saya pun mengamini bahwa perempuan identik dengan penekanan sentuhan emosional yang lebih.. Maka saya merasa bahwa agama yang berkaitan erat dengan Sang Pemilik KEhidupan ini, tidak akan lepas tangan terhadap sekecil apapun hal yang terjadi pada kehidupan kita.
masih dengan kreatifitas, dunia akan terasa lebih berwarna. kedamaian hati ditumbuhkan dengan kematangan emosial, kemudian dikokohkan dengan dimensi spritual. Semoga membangun karakter jiwa manusia yang ramah kepada Tuhannya, beserta makhluk-makhluknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H