Tak melulu buruk segala sesuatu tentang sampah. Bagi individu kreatif dengan visi besar, sampah dapat menjadi anugerah. Kemampuan untuk mengolah sampah dengan cara inovatif adalah sesuatu yang tidak terbatas. Bahkan, sebagian besar orang yang terlibat dalam industri pengelolaan sampah telah mencapai kesuksesan finansial yang besar.
Hai, Kompasianer!
Perkenalkan Siti Aisyah, pendiri bank sampah mandiri di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tangan kreatifnya mampu menyulap sampah menjadi barang yang berguna dan berharga.Â
Sejak berdiri pada tahun 2011, Bank Sampah NTB Mandiri (NTBM) yang terletak di ujung gang Kantor PLN Area Mataram atau Lingkungan Selaparang, Kelurahan Banjar, Ampenan, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah menerapkan pola yang mengarah pada Zero Waste atau upaya NTB untuk bebas dari sampah.
Berbeda dari bank sampah pada umumnya, Bank Sampah Mandiri NTB justru hanya menerima sampah yang tidak layak jual seperti plastik kemasan. Juga terdapat wadah-wadah dari botol, termasuk botol plastik dan botol kaca. Selain itu, terdapat pula sampah dari kemasan semen dan ban dalam bekas.
Sampah bagi kebanyakan orang mungkin tidak bernilai, namun di tangan yang tepat akan memiliki nilai jual yang tinggi. Sampah yang dikumpulkan oleh Siti Aisyah dirubah menjadi aneka ragam kerajinan seperti tas, taplak meja,gantungan kunci, tempat tisu, tikar bahkan keranjang sampah.Â
Siti Aisyah, yang dikenal dengan nama Aisyah Odist ini berpendapat bahwa "Sampah adalah Nol". Jika dilihat hanya sebagai sampah, nilainya akan tetap nol. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas untuk mengubahnya menjadi lebih dari sekadar nol. Misalnya, botol bisa dihias dengan warna-warni untuk dijadikan pot tanaman atau hiasan yang unik.
NTBM telah mengadakan kemitraan dengan pengrajin yang secara teratur memasok produk daur ulang dan mendaur ulang, serta memberikan peluang kerja bagi individu dengan berbagai latar belakang dan keterampilan. Sejak tahun 2014, NTBM telah menjadi mitra dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan Listrik Negara di Nusa Tenggara Barat. Dalam kerjasama dengan JICA, NTBM juga memperkenalkan program Kompos Organik Takakura.
Kecintaan Siti Aisyah terhadap lingkungan dan pendidikan mendorongnya untuk mendirikan organisasi nirlaba bernama Yayasan Lombok Eco International Connection pada tahun 2016, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan ekologi kepada generasi muda. Setelah gempa bumi tahun 2018, banyak anak dan keluarga di wilayah Siti kehilangan sekolah dan rumah.
Dalam usahanya untuk memulihkan apa yang hilang, dia menciptakan program "Sekolah Ramah Lingkungan", yang kini mencakup empat sekolah ramah lingkungan di Lombok. Siti Aisyah percaya bahwa Eco School Initiative adalah investasi dalam masa depan melalui pendidikan dan memberdayakan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H