Mohon tunggu...
Nadya Khennis Rozana
Nadya Khennis Rozana Mohon Tunggu... Penulis - Ex-Jurnalis TV9 Nusantara

Terima kasih telah menemukanku

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sustainable Fashion Jalur Re-Wear

2 November 2023   22:16 Diperbarui: 10 November 2023   13:41 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri mode merupakan salah satu industri terbesar yang berkontribusi terhadap polusi lingkungan dan peningkatan limbah tekstil. Produksi pakaian baru membutuhkan sumber daya alam yang besar, termasuk air dan energi, serta sering melibatkan bahan kimia berbahaya.

Sejalan dengan apa yang ditemukan Changing Markets Foundation pada Juni 2021. Temuan tersebut membuktikan bahwa industri pakaian bertanggung jawab atas lebih dari 20 persen polusi air di dunia. Ditambah dengan laporan International Union for Conservation of Nature di tahun 2017 yang menunjukkan bahwa tekstil akan menjadi sumber polusi mikroplastik laut terbesar di dunia. 

Sudahkah kita sedikit saja mengupayakan menghentikan kerusakan terhadap lingkungan? Seberapa sering kita berpikir untuk melakukannya? Perilaku berpakaian bukan hanya soal memiliki pakaian dari brand fesyen tertentu. Melainkan juga melihat dari bagaimana attitude kita sebagai konsumen. Apalagi perkembangan tren fast fashion yang menawarkan barang dengan harga rendah namun dengan kualitas buruk, tentu semakin meningkatkan konsumsi masif dari produk pakaian. Setidaknya kita bisa mulai dari diri sendiri.

Memiliki pakaian dari brand yang sustainable tentu bisa jadi target ke depannya, namun tidak semua orang dapat dengan mudah membelinya karena terkendala biaya, ukuran, kepentingan atau lain sebagainya. Mengatasi kendala tersebut, Kompasianer bisa lho memulai dengan apa yang bisa kita kontrol contohnya re-wear atau mengenakan kembali pakaian yang tersimpan di lemari.

Menurut LexisNexis, kita hanya memakai 20% dari total barang kita sehari-hari. 80% sisanya tersimpan rapi di tempatnya. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa sebenarnya kita tidak memaksimalkan barang yang ada. Mengapa re-wear ini penting dalam upaya untuk mengurangi limbah tekstil dan mendukung industri mode yang lebih berkelanjutan, karena kita pun bisa menghemat pengeluaran. 

Pokok utama dari prinsip budaya re-wear ini adalah kita tidak perlu sering gonta-ganti style fesyen. Belanja ke mall cukup dengan bercelana panjang dan kaos yang itu-itu lagi atau malah cuci-kering-pakai. Gengsi? Kenapa? Bahkan sejumlah artis papan atas seperti Emma Watson dan Rooney Mara tidak lagi memilih koleksi terbaru runway. Keduanya kini telah beralih ke sustainable fashion dengan melakukan re-wear. Masih banyak artis yang hijrah ke budaya re-wear. Di antaranya ada Victoria Beckham, Meghan Markle, Winona Ryder dan Kim Kardashian yang mengenakan kembali pakaian mereka yang sudah pernah ditampilkan ke publik. 

Bagaimana cara menerapkan budaya re-wear?

  • Mencari pakaian bekas di toko-toko thrift atau bazaar adalah cara paling langsung untuk mengadopsi budaya re-wear. Dengan menemukan pakaian bekas yang berkualitas, kita dapat memperbarui lemari pakaian kita tanpa harus membeli barang baru.
  • Mendukung desainer lokal yang menggunakan bahan-bahan berkelanjutan atau menciptakan pakaian yang dirancang untuk tahan lama.
  • Merawat pakaian dengan baik dan memperbaiki mereka saat rusak adalah cara efektif untuk memanjang umur pakai pakaian.

Dengan mengurangi produksi pakaian baru dan memanfaatkan kembali pakaian yang sudah ada, kita dapat meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dan mendukung ekonomi berkelanjutan. Yuk, lebih bijak dalam mengonsumsi produk pakaian. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun