Mohon tunggu...
Kenneth
Kenneth Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Musik, Membangun atau Membunuh?

28 Februari 2016   11:43 Diperbarui: 28 Februari 2016   12:07 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Musik… apa yang sahabat kompasiana pikirkan saat mendengar kata musik?
Mungkin begitu mendengar kata musik kita langsung membayangkan susunan nada harmonis yang manis terpadu, sehingga enak di dengar oleh telinga atau malah kita membayangkan penyanyi atau lagu kesukaan kita. Bagi mereka yang menyukai musik atau pencipta lagu, mereka menganggap musik atau alat musik sebagai suatu hal yang terindah serta sahabat yang mengisi kekosongan jiwa mereka.

Ada jenis musik yang memang bermanfaat meningkatkan kecerdasan otak manusia, salah satunya adalah musik klasik, itulah mengapa bayi semenjak masih dalam kandungan ibunya, setiap hari sang ibu memutar kaset musik klasik untuk anak yang dikandungnya. Musik klasik memang dipercaya dapat meningkatkan hormon endorphin yang membuat kita menjadi bahagia dan tenang, perasaan bahagia itulah yang membuat kita menjadi lebih tangkas dan cerdas. Bayangkan apabila kita banyak berpikir negative, menyimpan dendam dan benci pada seseorang, bukankah kita sangat sulit untuk berpikir yang positif untuk mendapatkan ide yang kreatif dan cemerlang?

Musik selalu berkembang dari tahun ke tahun, dari zaman ke zaman, mungkin dahulu kita hanya mengenal musik dari rumah ibadah, atau dari upacara-upacara adat, namun seiring perkembangan zaman mulai bermunculan musik-musik modern berbagai genre mulai dari pop, rock, country, heavy metal, reggae atau musik dangdut dan lain lain. Sahabat kompasiana pasti banyak yang menyukai salah satu dari genre musik diatas bukan?
Nah, karena semakin banyak perkembangan musik di dunia, maka makin banyak pula penyesatan yang dengan sengaja dituangkan kedalam musik dan lagu yang kita dengar. Hiiii.. menyeramkan ya? Tak jarang musik-musik zaman sekarang mengandung banyak unsur-unsur penyesatan yang memunculkan dampak-dampak negatif yang merusak.

Mengapa sih harus menggunakan media musik? Ya, tentu saja harus melalui media musik! Seperti yang sudah tertulis pada paragraph di atas, musik dapat MEMPENGARUHI mood dan OTAK MANUSIA, dua bagian ini berperan sangat penting dalam kehidupan kita dan keduanya paling mudah untuk dipengaruhi oleh musik.

Sahabat kompasiana pasti sudah mengetahui tentang penyesatan dalam beberapa lagu rock bukan? Menurut Almarhum penyanyi rock legenda ternama asal Inggris, David Bowie secara terang-terangan mengatakan bahwa musik rock akan selalu menjadi musik setan. Sebenarnya penulis tidak menyalahkan 100% penyuka musik rock untuk mendengarkan lagu-lagu rock kesukaannya. Tetapi usahakanlah mengerti isi liriknya terlebih dahulu. Penyamaan musik rock dengan musik setan bukan terletak karena suara musik rock yang kasar, berisik, dan terkesan menyeramkan, namun terkadang di dalam lirik lagu rock banyak kata-kata hujatan kepada Allah yang kita sembah dan ini sangat berbahaya kalau kita sudah terikat dengan musik rock ini. Walaupun sekarang musik mellow juga dapat berisikan hujatan kepada Allah atau kata-kata kasar yang menghina sesama manusia. Bayangkan bila kita terikat dengan hal-hal yang seperti itu? Mengerikan bukan?

Selain itu, apakah sahabat kompasiana tahu bahwa media musik juga memunculkan beredarnya narkoba digital? Yaps, dialah aplikasi I-DOSER yang sangat merusak. Mungkin banyak yang berkata, “lha ini kan cuman musik, mana mungkin sih bisa membuat orang terikat?” Jawabannya ternyata ya, musik juga bisa mengikat kita dan membuat kecanduan seperti narkoba dan ternyata BAHAYA MENGGUNAKAN I-DOSER SAMA DENGAN BAHAYA MENGGUNAKAN NARKOBA.

Sebenarnya i-doser sendiri memiliki tujuan awal yang cukup baik, yaitu untuk menghibur orang dan memanipulasi suasana hati (mood) seseorang . Saat mendengar i-doser, pendengar disarankan untuk menutup mata dengan kain dengan posisi tiduran, sembari menenangkan otak . Namun ternyata terapi musik ini malah berakibat kepada kecanduan.

Mengapa menggunakan i-doser bisa mengakibatkan kecanduan? Sedikit sejarah, sebenarnya i-doser menggunakan binaural beat yang diciptakan oleh Heinrich Wilhelm Dove tahun 1839. Frekuensinya berkisar kurang atau sama dengan 30 Hz dan dibawah 1000 Hz yang membuat telinga dan otak merasa tenang saat mendengarkan. Terapi musik ini sangat terkenal sekitar abad ke-20 terutama di berbagai rumah sakit dengan tujuan untuk mengurangi efek ketegangan pada pasien yang akan dioperasi, dan menurut beberapa ahli sebenarnya penggunaan media musik akan lebih ringan resikonya ketimbang menyuntik obat bius atau narkotika. Namun ternyata, efek dan dampak yang ditimbulkan sama saja. I-doser diduga juga dapat membuat kerusakan otak bagi pendengarnya layaknya seperti pecandu narkoba.

Itulah mengapa sekali lagi penulis menekankan kepada sahabat kompasiana untuk BERHATI-HATILAH DALAM MEMILIH MUSIK dan MENDENGARKAN LAGU
Mari kita benahi mulai dari sekarang untuk cerdas memilih lagu atau musik yang tepat, terima kasih semoga tulisan ini berguna buat sahabat kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun