Hari itu, seperti biasa, saya berangkat ke persekutuan doa. Namun di tengah perjalanan, rasa haus mulai menghampiri. Segera saya memutuskan untuk mampir ke minimarket untuk membeli minuman dingin. Seperti biasa, saya antri di depan kasir, di mana saya melihat seorang bapak bersama anak kecilnya, yang sepertinya baru saja masuk ke minimarket itu.
Tiba-tiba, anak itu menjatuhkan barang dagangan yang diletakkan di meja kasir. Sang bapak tampak kesal dan mengomeli anaknya dengan nada yang cukup tinggi. Saya melihat anak itu menunduk dan tampak sedih. Selang beberapa saat kemudian, tiba giliran sang bapak untuk membayar, namun anaknya malah berlari menjauh.
"Bapak anaknya kelas berapa?" tanya saya mencoba mengalihkan perhatian sang bapak.
"Masih TK," jawab sang bapak.
"Anak Bapak lucu banget," kata saya mencoba menghibur sang bapak. Ia tersenyum kemudian pamit ke saya karena sudah selesai membayar. Sambil membayar di kasir, saya melihat dibalik kaca minimarket, sang bapak mencium anaknya sambil menaikkan anak ke motornya.
Saya tersadar, kadang-kadang kita seperti sang bapak, jengkel pada anak tapi sejatinya anak adalah pemberian terindah Tuhan bagi kita. Saya merenung sejenak dan bersyukur karena diberi kesempatan menjadi ayah. Anak-anak adalah anugerah yang sangat berharga dan layak untuk kita hargai.
Sampai di rumah, saya memeluk anak saya erat-erat. Saya merasa beruntung karena Tuhan telah memberikan saya anugerah terindah dalam hidup saya. Saya berjanji untuk selalu menghargai dan menyayangi anak saya dengan segenap hati.
Dari kejadian di minimarket tadi, saya belajar bahwa seorang anak adalah karunia Tuhan yang harus kita jaga dan pelihara dengan baik. Kita harus selalu sabar dan penuh kasih sayang pada anak-anak kita, karena mereka adalah masa depan kita dan harapan bagi bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H