Mohon tunggu...
Kenlies Era Rosalina M
Kenlies Era Rosalina M Mohon Tunggu... -

Jadi orang penting itu baik, tapi lebih penting jadi orang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Revolusi Mental ala Jokowi, "Gagal" ?

16 Februari 2015   21:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:05 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Revolusi Mental adalah sebuah gagasan yang digadang-gadang baru dan revolusioner yang pernah di disampaikan oleh Presiden Jokowi. Dalam sebuah tulisannya di Media Massa saat masih menjabat sebagai Gubernuur DKI Jakarta ia mengulas apa yang di maksud sebagai revolusi Mental, apa tujuan dan strategi dalam mencapainya. Meskipun tulisan itu bukan  ditulis langsung oleh Jokowi melainkan oleh tim suksesnya dan Jokowi hanya menyampaikan ide-ide dan struktur penulisannya, wacana mengenai Revolusi Mental ini sukses menarik simpati hampir seluruh masyarakat. Gagasan ini sebenarnya sangatlah baik, hanya saja sepertinya imposible untuk bisa di terapkan di negara kita saat ini. Wacana Revolusi Mental ini memaparkan bagaimana seluruh masyarakat Indonesia harus bisa mengubah mentalnya yang selama ini di nilai sudah bobrok, baik dari kalangan birokrat, politisi, dan juga masyarakat biasa.

Sampai sekarang, nyatanya wacana ini sama  sekali belum menuai hasil yang berarti. Bahkan menurut pendapat beberapa pengamat, revolusi mental ala Jokowi ini mustahil bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia dan saat ini bisa kita katakan telah gagal. Apalagi sosialisasi dan juga program nyata untuk mewujudkannya juga belum ada. Melihat kenyataan yang ada di dalam  masyarakat justru semakin menjauh dari tujuan revolusi mental. Memang untuk suatu perubahan menuju apa yang di maksut dalam revolusi mental tidak bisa didapatkan secara instan, namun paling tidak harus ada sedikit perubahan dan nyatanya itu tidak terjadi, keadaan yang ada malah justru berbalik dan semakin menjauh dari konsep revolusi mental.

Menurut saya,  yang paling susah dan ogah-ogahan dalam melakukan perubahan justru ialah dari kalangan para birokrat dan politisi sendiri. Bisa kita lihat seperti apa kondisi birokrasi di negara kita yang tetap stagnan pada kinerja lamanya dan malah terkesan semakin jauh dari tujuan revolusi mental. Misalnya saja dalam perekrutan anggota PNS, Polisi dan bahkan dalam dunia pendidikan seperti penerimaan mahasiswa baru di PTN, semakin kesini justru menunjukkan jauh dari mental yang bermoral. Sudah menjadi rahasia publik dalam perekrutan-perekrutan tersebut tidak transparan, banyak pungutan-pungutan liar disana-sini. Pelayanan publik sangat buruk dan tidak adil, meski ada Kartu-Kartu Ajaib yang di keluarkan pemerintah sistemnya masih sangat amburadul dan tetap saja kaum miskin dipersulit serta seolah-olah terdiskriminasikan.

Selain itu berdasarkan kasus-kasus yang  sedang mencuat saat ini seperti halnya KPK Vs Polri menunjukkan betapa lemahnya penegakan hukum oleh penegak hukum sendiri, semakin tak terjaminnya hukum bagi orang-orang yang benar, semakin melemahnya komitmen para pengemban jabatan negara yang bisa semaunya meninggalkan tugasnya, kemudian maraknya kasus penganiayaan dan teror pada aktivis-aktivis antikorupsi dan problematika lain yang dewasa ini semakin menjadi menunjukkan bahwa Revolusi Mental yang menjadi jargon Pemerintahan era Presiden Jokowi ini dikatakan gagal. Kini banyak masyarakat kecewa dengan era kepemimpinan Jokowi yang baru menginjak usia 100 hari, ia dinilai tidak mampu menghadapi tekanan-tekanan politik yang ada dalam pemerintahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun