Susi Pudjiastuti, nama ini sudah sangat tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Kerja yang di bentuk oleh Presiden Jokowi ini telah menuai banyak Pro dan Kontra dalam masyarakat, sehingga sering menjadi bahan berita hangat dan utama dalam berbagai media massa. Selain pro kontra terkait masalah pribadi seperti latar belakang pendidikan, rumah tangganya dan juga gaya hidupnya yang terkesan urakan, kebijakan-kebijakan yang di buatnya juga mendapat banyak pujian dan kritikan dari berbagai kalangan masyarakat.
Terkait dengan pro kontra masalah latar pendidikan, banyak kalangan yang mempersoalkan riwayat pendidikannya yang hanya tamatan SMP, namun perlu kita ketahui tidak ada satu aturanpun yang menyebutkan syarat dari seorang menteri harus memiliki pendidikan yang tinggi di Indonesia di luar itu perlu kita ketahui pula, Susi Pudjiastuti ini telah banyak meraih penghargaan di berbagai bidang baik dalam negeri maupun luar negeri. Kemudian berkaitan dengan kehidupan rumah tangganya yang sering kawin cerai dan gaya hidupnya yang urakan di anggap tidak sesuai dengan gaya hidup masyarakat ketimuran yang di pegang masyarakat Indonesia saat ini, seperti merokok di depan umum, dan memiliki tato di beberapa bagian ditubuhnya juga mendapat berbagai kritikan.
Namun sekali lagi secara formal hal ini tidak di permasalahkan dalam aturan seseorang menjadi menteri. Melihat dari berbagai penampilan dan kebiasaan Susi, pada awalnya banyak sekali kalangan yang mengecam pengangkatannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam kabinet kerja Presiden Jokowi. Bahkan menurut beberapa sumber menyebutkan jika Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya juga sempat menolak pemilihan Susi sebagai menteri.
Namun seiring berjalannya waktu dengan melihat berbagai kebijakan-kebijakan yang di buat oleh Menteri Susi, sebagian besar kalangan yang pada mulanya kontra dengannya kini justru berbalik mendukung dan mengacungi jempol atas kinerjanya. Sebagian orang yang berubah pikiran ini kemudian menyatakan ternyata baik buruknya seseorang tidak bisa dilihat dari penampilannya saja. Meskipun Menteri Susi bertato dan merokok di depan umum, namun kinerjanya dalam menjalankan tugas sebagai seorang menteri justru di gadang-gadang sangat baik bahkan beberapa waktu lalu dalam masa kerja 100 hari, ia mendapatkan penghargaan dari presiden jokowi sebagai menteri terbaik.
Namun, sebagian masyarakat lagi masih kukuh dalam pemikirannya yang kontra dengan Menteri wanita yang satu ini. Antara lain terkait dengan kebijakan-kebijakannya dan pelaksanaan kebijakaan yang fenomenal dan juga tentang gaya hidupnya. Salah satu pelaksanaan kebijakannya yang menjadi sorotan ialah tentang pembakaran dan penenggelaman kapal ikan asing. Meskipun UU tentang hal ini sudah ada sejak tahun 2009 namun realisasinya baru terlihat semenjak Susi Pujdiastuti menjabat sebagai menteri. Beberapa pihak berpandangan pembakaran dan penenggelaman kapal ini merupakan suatu tindakan yang sangat merugikan negara kita sendiri. Meski tujuannya ialah untuk menimbulkan efek jera kepada para pencuri ikan, namun pembakaran dan penenggelaman ini bukanlah jalan satu-satunya untuk memberikan efek jera, masih banyak cara-cara lain.
Menurut para ahli lingkungan, jika pengeboman kapal-kapal ini dilakukan terus-menerus hal ini akan berdampak buruk pada ekosistem bawah laut, apalagi jika sisa-sisa minyak yang ada dalam tangki bahan bakar dalam kapal yang di bakar masih tersisa, maka pencemaran laut tidak bisa di hindarkan, hal ini akan menimbulkan satwa yang ada di dalam laut keracunan dan bahkan mati dan jika di konsumsi oleh manusia akan membahayakan selain itu terumbu karang juga akan ikut rusak.
Banyak yang berpendapat jika lebih baik kapal-kapal yang rencananya akan di bakar ini di sumbangkan kepada para nelayan Indonesia sebagaimana kita ketahui masih sangat banyak sekali kaum nelayan di negara kita yang tidak mampu membeli kapal sendiri. Kan sangat di sayangkan sekali kapal-kapal sitaan yang jika di rupiahkan harganya mencapai puluhan bahkan ratusan juta ini hanya di bakar sia-sia dan menimbulkan kerusakan alam di negara kita sendiri, selama masih bisa di manfaatkan semaksimal mungkin kenapa tidak? Mengapa kebijakan ini terus dilakukan seolah-olah masyarakat kita sudah mapan dan merasa sombong karena merasa sudah tidak membutuhkan kapal-kapal itu? Menciptakan efek jera kepada pencuri-pencuri ikan memang sangat perlu dilakukan, namun pengeboman kapal ini bukan jalan satu-satunya, masih banyak jalan keluar lain yang lebih bijak.
Kemudian ada beberapa kebijakan seperti pelarangan transhipment atau pemindahan muatan di laut lepas, yang diterapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tak lepas dari pro kontra di kalangan masyarakat. Kebijakan yang dituangkan dalam Permen No 57 tahun 2014 ini di gadang-gadang justru sangat merugikan nelayan.
Diantara berbagai kontroversi yang muncul terkait menteri wanita nyentrik ini, beberapa waktu lalu Menteri Susi mengungkapkan pernyataan yang sangat mengejutkan publik. Dalam siaran sebuah stasiun televisi swasta, ia mengungkapkan tekatnya yang sudah tak ingin lagi berlama-lama melaksanakan tugasnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, ia berencana hanya akan menjabat sebagai menteri dalam waktu 2 tahun saja.
Ia mengaku sudah capek karena terlalu banyak siksaan dan ingin meluangkan waktu yang lebih banyak untuk keluarganya. Pernyataannya ini mengundang berbagai macam opini publik, banyak yang mengatakan bahwa selama menjabat sebagai menteri, Susi mendapat tekanan dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang merasa dirugikan berkaitan dengan kebijakan-kebijakannya.
Banyak pula yang mengatakan jika menteri Susi ingin mundur karena gaji yang ia dapatkan sebagai menteri hanya berkisar tak lebih dari seperlima dari gajinya sebagai pengusaha yang ia jalani sebelum menjadi menteri dan ia merasa itu tak cukup untuk memenuhi biaya hidupnya yang memang glamour, tak hanya itu hobinya shopping dan jalan-jalan ke luar negeri yang dahulunya sudah menjadi rutinitas kini terganggu dengan jabatan barunya sebagai menteri. Berbagai tudingan baik yang positif maupun negatif selalu menyoroti langkah yang di ambil menteri susi.
Terlepas dari berbagai pro kontra yang ada, memang sangat sulit menyimpulkan kebenaran suatu perbuatan dan kejadian di dalam dunia politik dan birokrasi, sangat susah membedakan antara yang hitam dan putih, yang tulus dan tidak. Untuk inilah sebagai warga negara yang baik, kita harus lebih bijak dalam melihat dan menyikapi berbagai persoalan politik yang ada di negeri ini, kita harus tetap menghargai pemikiran dan idealisme tiap orang masing-masing, karena belum tentu apa yang menurut pandangan kita itu baik adalah suatu hal yang memang baik, ada kalanya suatu hal yang dianggap secara massal adalah suatu kebenaran justru adalah kebohongan. Di dalam dunia politik dan birokrasi di Indonesia suatu hal yang nampak terlihat baik justru itulah yang busuk dan begitu sebaliknya. Segala macam hal seperti selalu di manipulasi dan di putar balik. Entah sampai kapan rakyat Indonesia akan di bodohi dengan hal-hal seperti ini, sangat rumit untuk mencari kebenaran di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H