Fotografi Jurnalistik Klub FISIP UAJY atau yang lebih akrab disebut FJK menggelar pameran foto pada 22-24 Mei 2015 di basecamp Kelas Pagi Yogyakarta. Pameran menampilkan 17 foto utama dan 52 foto kecil. Semua foto yang ditampilkan merupakan hasil jepretan seluruh anggota FJK angakatan 2014 dan lima anggota FJK angkatan 2013.
Pameran kali ini berangkat dari tema besar yaitu Museum. Yovita Amalia, selaku ketua pameran mengatakan, tema Museum muncul atas kegelisahan mereka akan sepinya pengunjung museum sekarang ini.
“Jaman sekarang itu orang sudah lupa akan museum. Dahulu waktu kecil mungkin sering berkunjung ke museum, dan senang berkunjung ke museum. Tapi sekarang museum-museum itu sepi. Tidak diangkat lagi ketenarannya. Dari sinilah kita mau mengangkat museum lagi.”
Yovita Amalia menambahkan, dari tema Museum inilah berkembang judul pameran Mozaik Sejarah. Filosofi dari mozaik adalah terpecah-pecah. Sedangkan museum sendiri itu diartikan tidak hanya dalam bentuk bangunan, tetapi bisa juga sebagai cagar budaya, profilling atau orang-orang di balik museum tersebut. Pameran FJK kali ini berusaha menyatukan itu semua dalam Mozaik Sejarah.
“ Kita dari proses brain stormingnya sendiri mencetuskan Museum. Museum itu kita tidak hanya mengambil museum dalam bentuk bangunan, tapi kita mengambil museum sebagai cagar budaya, dan profillingatau orang di balik museum/ cagar budaya tersebut. Nah Mozaik Sejarah, mozaik itu artinya terpecah-pecah. Di situ ada profilling, ada museum sebagai bangunan itu sendiri, ada museum sebagai cagar budaya. Hal itu menjadi keprihatinan maupun kebanggaan sendiri terhadap museum-museum atau cagar budaya. Semuanya itu bercampur menjadi satu di Mozaik Sejarah”
Valentina Febi, salah satu pengunjung pameran mengaku tertarik dengan tema yang diangkat oleh kawan-kawan FJK.
“ Kalau menurutku sih ya, Mozaik Sejarah itu bagus saja . Menarik gitu lho. Soalnya aku sendiri pun suka akan situs-situs sejarah seperti museum, candi-candi gitu. Saat melihat pamerannya FJK jadi merasa senang. Menambah pengetahuan. Terus nostalgia yang dahulu pernah dikunjungi . Terus suka saja, dikasi peta museum, jadi dapet filosofinya.”
Dihaharapkan dengan adanya pameran ini bisa mengajak masyarakat untuk kembali berkunjung ke museum dan cagar budaya lainnya. Supaya masyarakat lebih mengenal sejarahnya. “Museum itu penting tanpa adanya museum kita tidak akan tahu sejarah. Jadi seperti yang dibilang Tan Malaka kalau kita itu tidak tahu sejarah kita sendiri kita seperti orang asing di negeri sendiri, “ tutup Yovita Amalia.
(Dengar Berita)
(Kenia Intan N )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H