We talk of informations, Anywhere, anytime, anywhere, anytime
These days, we live on the screen These days, we live on the screen, on the screen, on the screen
(Screen, by Tik!Tok!)
Kutipan lirik lagu di atas mencerminkan kehidupan kita sekarang ini . Era serba online membuat kita beranjak dari media-media konvensional ke media-media online yang diidentikkan dengan layar-layar (entah layar komputer, layar laptop, layar HP, ataupun layar gadget lain) sebagai outputnya. Hal ini tidak mengherankan mengingat kepraktisan yang ditawarkan oleh media online. Hanya dengan klik sana- klik sini, scrolling ke atas, scrolling ke bawah, kita sudah bisa menikmati segala informasi dari berbagai penjuru dunia. Terlebih lagi kita dapat mengakses informasikapan saja dan di mana saja.
Sekarang ini bisa kita amati berbagi sektor kehidupan manusia (ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dll) mulai memasuki ranah online. Semakin sering embel-embel “online” ditemui, seperti pendaftaraan online, pembayaran online, pembelajaran online, dan juga jurnalisme online. Jurnalisme yang merupakan sektor informasi mau tidak mau terjun ke dalam “dunia online”. Tetapi online dalam “jurnalisme online” tidak hanya sekedar embel-embel. Jurnalisme online membawa banyak perubahan ketika muncul di masyarakat.
Berbicara mengenai kemunculan jurnalisme online di tengah masyarakat, maka pembicaraan kita tidak akan jauh-jauh dari sejarah media online dan internet. Dan hal inilah yang akan dibahas kali ini. Sejarah jurnalisme online atau jurnalisme dotcom.
Perkembangan Media Online
Rahmat M. Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu Surya, Firman Siregar, Adi Indrayanto, Onno W. Purbo adalah nama-nama yang kerap disebut jika membicarakan awal mula perkembangan internet di Indonesia. Pada tahun 1990an sekelompok orang inilah yang membangun jaringan komputer atas dasar hobi.Internet semakin menjamur di tengah masyarakat ketika pada tahun 1994 muncul Indonet, jasa layanan internet komersil pertama di Indonesia (Margianto & Sayefullah, hal. 15) .
Semenjak kemunculan jasa internet komersil, Indonet, media online menjamur di Indonesia. Hal ini juga didorong dengan boomingnya media online di dunia sejak akhir tahun 1990. Pada waktu itu tercatat sebanyak 165 perusahaan surat kabar harian di U.S dan Kanada memiliki perpustakaan berita elektronik (news libaries electronically) (Shedden, 2004). Di Indonesia sendiri situs online yang mulai bermunculan pada tahun 1994 seperti astaga.com, satunet.com, lippostar.com, kopitime.com dan berpolitik.com. Tetapi di antara media online - media online tadi, Republika Online lah (www.republika.co.id) media online pertama yang memanfaatkan fasilitas internet untuk menyebarkan berita. Namun isi dari Republika Online waktu itu sama dengan surat kabar versi cetak yang sudah ada setahun sebelum versi onlinenya muncul ( versi online Republika ada tahun 17 Agustus 1994). Begitupun media online lain yang muncul setelah itu, kontennya masih salinan dari versi cetak. Seperti Bisnis Indonesia (2 September 1996), Harian Waspada dengan www.waspada.co.id untuk versi online nya (11 Juli 1997), dan juga Kompas.com (22 Agustus 1997). Ada pengecualian untuk tempointeraktif.com . Media cetak Tempo dibredel pada tahun 1994, sedangkan versi onlinenya muncul pada tahun 1998. Tempointeraktif.com beritanya memang tidak dari versi cetak, dan diupdate secara mingguan (Margianto & Sayefullah, hal. 16-17).
Perkembangan Jurnalisme Online
Dunia internasional mengenal jurnalisme online pada bulan Januari 1998. Ketika itu Drudge Report mengabarkan kisah mengenai Presiden Clinton dan Monica Lewinsky secara online pada bulan Januari 1998. Semenjak itu masyarakat mulai mengikuti berita dalam media cetak dan juga berita dalam media online. Data dari Paw Research menunjukkan sebanyak 80% users di US (yang kebanyakan berusia muda) mempercayai berita online seperti halnya mempercayai berita di koran, tayangan TV, ataupun cable news. Melihat hal ini, maka pada tahun itu sebanyak 3250 surat kabar memiliki halaman internet atau layanan dial up. Jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan pada tahun 2004 terdapat 5000 harian, mingguan, atau surat kabar dalam versi online (Shedden, 2004).
Di tahun yang sama (1998), Detik memelopori praktek jurnalisme online di Indonesia. Tanpa ada versi cetak, detik.com menawarkan jenis berita baru yang ringkas dan to the point. Adapun pencetus detik.com ini adalah Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul Rahman, dan Didi Nugrahadi. Terinspirasi dari situasi sosial politik 1998, Budiono dan kawan-kawan ingin menciptakan media yang tidak mudah dibredel dan cepat dalam penyebarluasnnya tanpa harus menunggu di cetak esok pagi. Karena mementingkan kecepatan kerapkali berita-berita di detik.com tidak memenuhi 5W 1 H seperti layakya pakem dalam dunia jurnalistik (Margianto & Sayefullah, hal. 17-18). Meski begitu, masyarakat tetap menyenagi berita versi online karena melalui berita online, masyarakat bisa mendapatkan berita apa yang mereka inginkan, kapanpun itu, dan mereka juga bisa mengubahnya, mengeditnya, maupun menggali berita tersebut lebih dalam (Shedden, 2004).
Euforia media online di Indonesia tidak berlangsung lama. Sebagian besar media online yang disokong oleh dana-dana investor ternyata tidak diiringi dengan pertumbuhan bisnis yang baik. Akibatnya banyak media online merugi. Dari banyak media online yang gulung tikar.Ada tiga media online yang masih bertahan hingga saat yaitu Detik.com, Tempointeraktif.com, dan Kompas.com.
Sumber:
Tik!Tok .(29 September 2014). Screen . Yellow Records. Podcast retrieved from https://soundcloud.com/tiktok_id/screen
Shedden, D. (Desember, 16 2004). New Media Time Line (1990). Retrieved fromhttp://www.poynter.org/uncategorized/28754/new-media-timeline-1990/
Shedden, D. (Desember, 16 2004). New Media Timeline (1998). Retrieved from http://www.poynter.org/uncategorized/28781/new-media-timeline-1998/
Margianto & Sayefullah. Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika Problematika Praktik Jurnalisme Online di Indonesia. Jakarta: AJI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H