Kisruh PSSI yang hingga kini belum berakhir ternyata semakin rumit dan kusut. Namun di balik kisruh yang berkepanjangan tersebut, ternyata memberikan pelajaran yang sangat berharga akan arti sebuah kata "nasionalisme". Di kala PSSI sudah memberikan tempat yang sama kepada semua putra bangsa terbaik untuk membela MERAH PUTIH di kancah internasional, ternyata masih ada orang yang lebih mementingkan kepentingannya sendiri.
Ya, klub-klub ISL yang dulu protes dengan kebijakan PSSI yang membatasi pemain TIMNAS hanya berasal dari liga yang diakui oleh PSSI (IPL), kali ini justru menunjukkan penolakannya ketika para pemain mereka dipanggil untuk membela TIMNAS. Mereka (para pengelola klub ISL) justru melarang para pemainnya untuk membela TIMNAS yang di bentuk oleh PSSI dengan 1001 alasan yang dibuat-buat dan menciderai logika orang waras.
Umuh Muhtar, manajer PERSIB Bandung baru-baru ini mengemukakan alasan penolakan para pemainnya di panggil untuk memperkuat TIMNAS bentukan PSSI. Dalam wawancaranya via telepon dengan media JPNN (Jawa Pos National Network), Umuh Muhtar mengatakan, "Terus terang saja, pelatih timnas saat ini (Nil Maizar) tidak berkualitas". Umuh Muhtar dengan kesombongannya mengatakan bahwa dia baru akan melepas pemainnya jika TIMNAS di latih oleh Alfred Riedl atau Rahmad Darmawan. Sungguh alasan yang tidak hanya melecehkan seorang Nil Maizar tapi juga menunjukkan sikap pongah dan kesombongan seorang Umuh Muhtar.
Apa jadinya, jika sepakbola diisi oleh orang-orang yang pongah dan sombong seperti Umuh Muhtar yang selalu mengutamakan kepentingan dirinya sendiri di bandingkan kepentingan bangsa dan negara?
Hasilnya bisa dilihat, PERSIB Bandung sejak di kelola oleh Umuh Muhtar prestasinya justru merosot tajam. Kita semua tahu bahwa di era perserikatan PERSIB Bandung adalah salah satu tim terbaik yang sangat disegani karena prestasinya. Meskipun saya bukan bonek dan bobotoh, tetapi secara prestasi sepakbola saya sangat bangga dengan Persebaya dan Persib Bandung. Tapi sejak ditangani oleh orang-orang yang pongah dan sombong yang hanya mementingkan dirinya sendiri, prestasi PERSIB Bandung justru terjun bebas.
Lantas, bagaimana tanggapan Nil Maizar mendengar pernyataan Umuh Muhtar yang melecehkannya tersebut?
Ya, dari sinilah kita patut belajar dari seorang Nil Maizar. Menanggapi pernyataan Umuh Muhtar yang melecehkan dirinya, Nil Maizar pun membalasnya dengan kalimat-kalimat magis yang heroik...
Nil Maizar : "Silakan menyebut saya pelatih yang tidak berkualitas, tapi jangan pernah menyebut pemain- pemain saya tidak berkualitas, karena merekalah pejuang bangsa yang sebenarnya. Merekalah yang selalu menerima penghinaan kalian dengan lapang dada, dan tetap terus berjuang demi menjaga kehormatan bangsa..." (di kutip dari kompasianer Sigit Nurfianto)
Sungguh dada ini bergemuruh sangat keras membaca kata demi kata yang keluar dari seorang pelatih TIMNAS yang selalu di caci maki dan dilecehkan.Saya pun teringat kembalipernyataan-pernyataan Okto dan Tibo yang diancam akan dipecat oleh klubnya jika memperkuat TIMNAS-PSSI, "“Kami hadir di sini demi membela bangsa dan negara”, kata Tibo dan Oktoketika itu.
”Demi membela bangsa dan negara, saya berani menanggung apapun risikonya. Yang penting saya melakukannya demi bangsa dan negara. Sebagai pemain saya ingin membela negara saya. Saya siap kalau mau diproses secara hukum atau pemutusan kontrak,” ujar Okto dengan penuh semangat.
Pernyataan “HEROIK” dari Nil Maizar dan garuda muda Papua bernama lengkap Oktovianus Maniani dan Titus Bonai telah menohok rasa nasionalisme banyak orang. Mereka rela menanggung segala resiko demi kibaran MERAH PUTIH. Bandingkan dengan para pemain TIM-KPSI, mereka lebih takut terhadap klub di bandingkan membela Merah Putih.