Nil Maizar, pelatih timnas sepakbola senior Indonesia, resmi dipecat oleh ketua Umum PSSi, Djohar Arifin melalui rapat EXCO Rabu ini. Posisi Nil Maizar digantikan oleh pelatih asal Argentina, Manuel Blanco. Nil Maizar sendiri tidak mepermasalahkan pemecatan tersebut jika memang demi Negara, demi Merah Putih demi peningkatan prestasi timnas yang lebih baik. Sungguh sebuah sikap yang rendah hati dan lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya. Nil Maizar rela menjadi "martir" demi timnas yang lebih baik.
Namun demikian, Nil Maizar tetap meminta agar dirinya diperlakukan secara manusiawi. Permintaan yang sangat wajar, apalagi jika kita lihat perjuangannya yang tak kenal lelah ditengah kisruh PSSI yang tak ada ujungnya.
Lihatlah, ketika pelatih lain memilih mengundurkan diri karena ada tawaran yang menggiurkan untuk belajar melatih di luar negeri, Nil justru menerima tantangan dari PSSI. Jika pelatih lain memilih jadi pengecut dengan berlindung di balik klub yang mengontraknya, Nil Maizar justru tampil bak seorang ksatria yang sangat dibutuhkan oleh Negara. Ketika banyak orang melecehkan anak didiknya, Nil Maizar berani mengambil resiko dan tanggungjawab.
Lihatlah, ketika kiprah kepelatihannya yang sudah malang melintang di tanah air dilecehkan oleh seorang manajer klub yang TIDAK PERNAH berprestasi, dia tidak membalas hinaan tersebut. Tapi Nil Maizar menunjukkan watak seorang ksatria, watak seorang juara. Nil Maizar mampu menciptakan sejarah, dimana selama 14 tahun lebih tidak ada pelatih HEBAT yang mampu menaklukkan timnas Singapura, Nil maizar mampu melakukannya. Jika pelatih lain skuatnya selalu diisi oleh para pemain terbaik, Nil Maizar mampu menciptakan skuat terbaik dari anak-anak yang terbuang. Sungguh pencapaian yang luar biasa…
Di negeri ini, negeri yang dipenuhi oleh para koruptor memang sangat sulit mencari seorang pemimpin yang mau mendengar dan melindungi orang-orang yang dipimpinnya. Di negeri ini, negeri para bedebah memang ditakdirkan hanya untuk para pecundang bukan untuk para ksatria.
Terimakasih Nil Maizar, saya tak kan pernah melupakan kiprahmu bersama pasukan Garuda-mu. Bertarung pantang menyerah dihadapan hinaan dan cibiran bangsanya sendiri. Bertarung sampai titik darah penghabisan melawan Juara Asia, Iraq dan rela berkorban menyeberangi samudera dan gurun yang luas untuk bertarung di Palestina, negeri yang sedang bergejolak. Terimakasih Nil Maizar, Selamat berkarya di tempat lain…semoga sukses selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H