Semesta menutup muka
Tanda malu yang begitu nyata
Umat manusia tak pedulikan derita
Penindasan bagaikan seni bagi mereka
Jeratan tanpa jeda,
Darat ataupun udara
Ajal seperti mainan bagi mereka
Mereka tak tau,
Pemilik ajal sesungguhnya bersama kita
Kau yang duduk manis dengan gembira
Mengemudikan tentara bengis di negeri kita
Bukankah kau manusia?
Kejam dan dusta
Itukah yang hanya kau punya?
Jiwamu keras tak mengenal cinta
Kami tak lemah untuk kau yang serakah
Ingat...
Kau yang buas akan segera terhempas
Janji mungkin sudah kau dusta
Perdamaian pun tak pernah kau terima
Menyerang itukah yang hanya kau bisa?
Pertumpahan darah itukah yang kau minta?
Kau harus tau...
Darah kami suci untuk lindungi negeri ini
Tanah kami tak akan sudi kau hampiri
Mentari kan tertawa sepanjang hari
Melihat kau berlari mencari tameng diri
Lihatlah disana,
Dibawah runtuhan menara
Cinta kecil ayah yang tak berdosa
Menjadi saksi kebiadaban mereka
Sudahkah kau sampai ke surga Nak?
Katakan pada pemilik semesta
Kami rindu dialog bersama-Nya
Dalam sujud terindah Al-Aqsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H