Marilah kita mempergunakan kemerdekaan yang didapati oleh pengorbanan pahlawan bangsa dengan menghormati satu sama lain berdasarkan Panca Sila dan UUD'45.
Delapan tahun telah berlalu, sejak dikau menyapaku: "lihatlah pohon flamboyan itu" tumbuh di bumi almamatermu.
Musim kemarau yang panjang menghisap kesegaran bungamu, merah, kecil, berseri menjadi gersang menemani kekeringan hidupmu.
Angin kemarau menghembus sepoi dalam keremang-remangan senja, tugas dewi matahari sudah usai, lelah - lemah gemulai menuju peraduan.
Teringat betapa besar tanggung jawabmu taruna, mengabdi ibu pertiwi tercinta, pundakmu yang kuat perkasa siap menerima tugas apa saja tanpa keluhan sepatah kata.
Dikau hanya satu di antara seribu, tenggelam dalam kealpaan kalbu, pahlawan tak bernama, tanpa pengakuan ............... .
Pergilah pahlawan, medan perwira menanti tunas muda belia bagai sekuntum bunga flamboyan gugur di keharibaan bumi persada.
Napas dalam tangan sang Pencipta, tapi ..... kemauan bebas diberikan manusia olehNYA, mengukir hidup damai sejahtera, bukan untuk merampas hidup sekuncup bunga.
Jeritan kalbu menjulang tinggi menggema di angkasa abadi, jarak memisahkan insan manusia, sangat kejam hidup nan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H