Mantan Presiden SBY mengkritik Presiden Jokowi dalam orasi ilmiah acara wisuda Sarjana Universitas Al-Azhar Indonesia 27 Agustus 2016.
"Saya sering mendengar kita ini bangsa maritim, negara kepulauan wajib hukumnya harga mati pembangunan kita berwawasan maritim. Tapi yang saya dengar, yang saya ikuti sebatas retorika,"
"Without action, without policy, without actual program to be implementation" kritik SBY.
Lhoh.. yang sudah dikenal punya trade mark presiden without action itu siapa, ya? Bukannya, bukan orang lain? hehe...
Lagi-lagi pak SBY mampu membuatku terperangah. Presiden pilihanku di Pilpres 2004 dan 2009 ini, seingatku tak pernah membuatku terperangah ketika masih menjabat sebagai presiden.Â
Kalau pak SBY sering membuatku geregetan, memang iya. Hingga saat kasus Antasari mencuat, geregetanku tak tertahan lagi untuk meng-sms beliau agar segera action. Kasus Antasari itulah yang menjadi sign bagiku, untuk membuang harapanku dari beliau, lalu mengirim sms terakhir: pernyataan menyesal memilih beliau dalam Pilpres.
Dulu pernah mengkritik Jokowi, jangan gemar beretorika. Bikin aku terperangah saja, dan mungkin juga banyak rakyat lainnya. Lhoh... bukannya pemegang hak paten pencitraan di Indonesia, dan ahli dalam bertutur santun, indah, dan intelek dalam retorika adalah beliau sendiri ?
Pak SBY mampu membuatku terperangah justru saat beliau sudah tidak menjabat sebagai presiden lagi. Di awal Presiden  Jokowi menjabat, setiap membaca berita kegiatan presiden melakukan ini dan itu, aku terperangah.
Aku terperangah bukan kepada presiden Jokowi. Yang beliau lakukan menurutku biasa saja, wajar-wajar saja, tidak luar biasa apalagi fenomenal.
Setiap membaca berita kegiatan presiden Jokowi, aku terperangah kepada mantan presiden SBY. Seketika tersentak pikiranku, ini presiden Jokowi mengerjakan ini, lha presiden Kemaren ngapain ?