[caption id="attachment_45356" align="alignleft" width="200" caption="Ilustrasi"][/caption] Kita masih ingat ketika Pemilu dimenangi oleh PDIP tetapi Gusdur yang duduk ditampuk kepresidenan yang memenangi pemungutan suara di MPR. Yang terkesan pada waktu itu karena asal jangan Megawati yang menjadi Presiden. Akhirnya asal jangan Megawati tersebut berbuah impeachment yang berawal dari kasus Bulog. Gusdur dipaksa menyerahkan kekuasaannya kepada Megawati setelah menjabat belum genap paruh waktu masa jabatan. Apa yang mendasari Gusdur di impeachment oleh DPR sepertinya karena sama sikapnya dengan SBY, tidak mau tunduk kepada tekanan DPR. Melihat kursi yang dikuasai Demokrat dan Koalisinya, kemungkinan terjadi impeachment kecil sekali. Berbeda dengan Gusdur, naiknya SBY ketampuk pimpinan negeri ini adalah hasil pemilihan langsung yang dimenangi secara mutlak, tanpa ada pemilihan ulang. Adalah merupakan resiko yang besar apabila DPR melakukan upaya impeachment kepada SBY. Upaya menggoyang Boediono dan Sri Mulyani agaknya akan menemui batu sandungan, SBY berdiri kokoh dibelakang keduanya. Gengsi DPR sekarang dipertaruhkan, mampukah pansus angket DPR menguak borok yang terjadi dalam Bailout Bank Century ?. Atau benarkah ada borok didalam keputusan bailout Bank Century ?. Gus Dur dan SBY sama2 menghadapi pansus DPR dalam dua keputusan pemerintah yang dianggap sebagai skandal dan harus dipertanggung jawabkan dan keduanya bersikap sama yang tidak bersedia tunduk pada tekanan DPR. Namun bedanya SBY mempunyai koalisi dalam perwakilan parlemen yang cukup aman sehingga kemungkinan terjadinya impeachment sangatlah kecil. Upaya menggoyang SBY lewat kakinya agaknya sulit membawa hasil, kali ini lewat buku yang ditulis oleh George J. Aditjondro menunjuk langsung hidung SBY. Apa reaksi SBY, membantah adalah manusiawi sekali sebagai naluri pembelaan diri, tidak ada yang salah dengan sikap SBY. Tetapi apa yang terjadi ?. Sikap SBY tersebut dijadikan lagi bulan2an. Orang yang masih berpikiran sehat barangkali hanya dapat mengeluarkan suara hahahahhhahaha..... entah apa yang sedang terjadi di negeri ini. Sepertinya tidak dapat lagi membedakan mana yang kritik, memfitnah, menuduh, mencaci maki, memberi taring, semua menjadi pantas untuk kritik membangun, kritik untuk menjalankan kontrol terhadap pemerintah. Secara sederhana saja kita meenilai, mungkinkah korupsi dapat diberantas oleh SBY ?. Dapat dipastikan SBY tidak mampu memberantas korupsi dalam masa pemerintahannya. Realistis saja, korupsi terjadi bukan dimulai dari pemerintahan SBY, tetapi sudah dimulai dari zaman Orde Lama terus berkembang dan telah menjadi budaya. Untuk menghapus korupsi dari bumi Indonesia tidak bisa bergantung kepada presiden semata tetapi tergantung kepada keinginan seluruh bangsa. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Jaksa Agung tersirat bahwa anggaran kejaksaan yang tersedia idealnya hanya cukup untuk membiayai kegiatan 3 bulan tetapi harus cukup untuk satu tahun atau anggaran itu hanya mampu disediakan oleh pemerintah 25 % dari kebutuhan ideal, tak beda jauh dengan nasib anggaran militer. Ibaratnya, ketika SBY meminta untuk berangkat, akan mendapat jawaban bensinnya kosong. Apa yang dapat dilakukan SBY apabila penegak hukum tidak bisa bergerak, tidak ada, kecuali mencari sumber pendanaan untuk mengisi bensin. Artinya, prioritas yang harus dilakukan SBY adalah mendorong peningkatan ekonomi Indonesia. SBY diwarisi ekonomi yang hancur, tidak mudah untuk menciptakan Indonesia yang makmur dalam situasi politik saat ini. Ketika ekonomi makin terpuruk, rakyat makin lapar, mungkin saja tudingan baru lagi, pemerintah tidak becus. Dilain sisi, ada peningkatan gaji pejabat, ada fasilitas baru pejabat dan kita lihat siapa pejabat tersebut.....bukankah sebagian besar yang menikmatinya adalah pejabat2 yang berasal dari parpol ?. Keputusan SBY kah ?. Semua itu berasal dari putusan DPR, yang tidak faham langsung saja tunjuk SBY, yang begini yang sering bikin kisruh, tidak faham persoalan berteriak lantang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H