[caption id="attachment_78884" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi, inilah com"][/caption] Banyak problem bangsa ini yang mestinya menjadi perhatian ketimbang berebut kekuasaan. Didepasn mata, jutaan bangsa ini terancam bencana alam yang pada akhirnya akan menjadi bencana kelaparan. Lahan untuk tanaman pangan, saat ini banyak yang terendam banjir sedangkan perut tidak dapat ditunda. Demikian juga kerusakan infrastruktur akibat musim penghujan, sangat memerlukan biaya besar guna mensupport aktivitas ekonomi. Yang dirasakan saat ini, harga kebutuhan sembako mulai merangkak naik akibat hambatan transportasi. Mungkin akan lebih merangkak naik lagi jika stock pangan terganggu akibat rusaknya infrastruktur pertanian. [caption id="attachment_78886" align="alignleft" width="250" caption="Tolonglah rakyat."][/caption] Korban jiwa mulai berjatuhan akibat bencana banjir, sebuah peringatan agar kita semua menjaga keseimbangan alam. Namun, ketika rakyat membutuhkan pertolongan, elit politik hanya berdebat untuk mencari dalih perebutan kekuasaan. Pemilu telah lalu, bukannya berfikir bagaimana menciptakan negeri yang makmur, saling telikung mencari celah saling menjatuhkan. Apa yang dialami oleh rakyat di Jakarta tidak jauh berbeda dengan nasib rakyat ini diseluruh indonesia, harga2 kebutuhan pokok mulai merambat naik karena tergannggunya transportasi akibat bencana banjir.  [caption id="attachment_78887" align="alignright" width="300" caption="Apa yang harus kulakukan...?"][/caption] Alam kita yang indah itu, sedikit demi sedikit mulai menunjukkan kemurkaan karena dirusak oleh bangsanya sendiri. Apa yang dapat kulakukan ?. Mungkin begitulah pertanyaan kerumunan orang2 yang hanya dapat menonton rusaknya jalan yang mereka butuhkan. Sebuah keadaan yang yang menunjukkan tidak berdayanya manusia menghadapi alam. Keadaan alam yang tidak lagi bersahabat, secara langsung akan mengganggu aktifitas ekonomi, apa yang dilakukan pemerintah, mungkin hanya mengakali data statistik agar ekonomi politik terlihat bagus dengan indikator yang sengaja dicari agar dapat mengelabui rakyat. [caption id="attachment_78888" align="alignright" width="300" caption="Banjir Bandang"][/caption] Mengapa tidak hendak melihat fakta ? Senayan tidak mengalami musibah banjir, tetapi tengoklah sekitarnya yang penuh kesengsaraan akibat banjir. Tidakn perlu melihat daerah lain yang justru dipakai lagi untuk menambah kocek uang perjalanan dinas. Lihatlah akibat pemberian izin yang juga dipakai untuk mempertebal kocek. Banjir bandang akibat dari pemberian izin HPH yang tidak memikirkan akibatnya. Wewenang memberikan izin itu dianggap emas bagi penguasa, sebaliknya menjadi malapetaka bagi masyarakat yang tidak boleh melakukan protes.  [caption id="attachment_78890" align="alignleft" width="250" caption="Negara kepulauan, alampun menghambat kelancaran distribusi barang"][/caption] Belum lagi akibat yang lain, korban didarat yang bergelimpangan itu tidak juga menarik perhatian. Perubahan cuaca akibat terganggunya ekosistempun tak kalah menimbulkan korban. Namun, Indonesia sebagai negara kepulauan yang banyak menggantungkan distribusi barang dari angkutan laut, terganggunya perhubungan laut secara langsung akan menyebakan gejolak harga termasuk harga pangan. Terganggunya transportasi, rusaknya lahan akibat banjir, rusaknya infrastruktur ekonomi adalah penderitaan yang komplit bagi rakyat karena pemimpin dan politisi sibuk memperjuangkan kepentingannya sendiri. Gonjang ganjing politik karena tidak dapat memgang komitment, saling menelikung mencari celah kekuasaan, debat konyol itupun ditayangkan dimedia yang semakin menunjukkan gaya politik busuk. Rakyatpun dapat menilai, kalau sesama politikus saja tidak ada yang mau pegang komitment, bagaimana mungkin dapat memegang komitmentnya kepada rakyat. [caption id="attachment_78895" align="alignright" width="300" caption="Api politik siap membakar negeri ini"][/caption] Api politik itu mulai disulut, dari jauh tampak indahnya berdemokrasi, tapi tidak sadar akan menghancurkan negeri ini. Apa yang ada dibenak politikus itu, dengan enteng penghianatan itu dibuka didepan publik, menunjukkan betapa kotornya politik demokrasi negeri ini. Mungkin hanya menunggu waktu, bencana sebagai peringatan agar lebih bersikap dewasa, justru bencana akan menjadi proyek besar untuk mengais rezeki yang katanya sah sah saja. [caption id="attachment_78896" align="alignleft" width="300" caption="Raja ...... hanya kepadamu kami dapat melapor...."][/caption] Kemana rakyat harus mengadu ?. Mungkin kita dapat mengikuti jejak mantan petinggi kita ini, memanjatkan doa untuk para pahlawan kita, sekalian mengadukan nasib rakyat. Tooloooong.....rakyat merintih, hanya hihihihihii...terdengar suara penguasa karena dibenaknya akan memperoleh keuntungan dari proyek bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H