[caption id="attachment_59015" align="alignleft" width="285" caption="Sri Mulyani dan Boediono"][/caption] Sepertinya Pansus Angket DPR tentang keputusan bailout Bank Century makin bias saja, wacana mengundang SBY mulai meredup, demikian pula dengan wacana pemazgulan Boediono tidak sekencang sebelumnya. Demikian pula dengan isu pemberhentian Sri Mulyani mulai hilang dari peredaran. Namun, sebagian diantara Kompasianer makin bersemangat membuat analisa, bahwa telah terjadi pelanggaran hukum dalam keputusan Bank Century yang intinya untuk meyakinkan Boediono dan Sri Mulyani bersalah. Bebas2 saja untuk mengemukakan pendapat tetapi kadang terjadi kompasianer lainnya tidak boleh mempunyai pendapat yang berbeda. Mungkin karena saking semangatnya membela JK dan mendukung pansus, ada saja yang terjebak karena emosi, hanya membaca judul saja sudah langsung bereaksi, belakangan baru sadar kalau kena dikerjai seperti disini http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/22/pansus-goblog/ atau disini http://polhukam.kompasiana.com/2010/01/22/jk-lah-biang-keroknya/ Kekecewaan sebagian kompasianer dapat dimaklumi, sebab rival pendukung SBY mulai kecewa dengan perkembangan pansus yang berbelok2, kadang mengarah kepada Boediono atau Sri Mulyani dan bahkan kepada SBY, belakangan melintir lagi kepada tujuan awal yang ingin membuka aliran dana Century. Karena banyak belak belok itu, sebelum terjadi rumor, Pak Sudi Silalahi merasa perlu menjelaskan maksud pertemuan antara SBY dengan pimpinan Lembaga Tinggi Negara di istana Bogor. Keadaan ini sudah sangat memprihatinkan, sebagai kepala Negara tentunya harus melakukan koordinasi dengan seluruh lembaga negara baik formal maupun informal. Tetapi karena situasi politik yang berkembang seperti sekarang, pertemuan yang lumrah seperti itu justru dikhwatirkan akan menimbulkan rumor. Mudahnya masyarakat terpancing rumor seperti pemberhentian Sri Mulyani karena berharap perseteruan politik negeri ini cepat berakhir. Demikian juga, para kompasianer juga sangat berharap hal yang sama, namun disatu pihak  berharap berakhir dengan keberhasilan pansus Angket DPR melengserkan Boediono dan Sri Mulyani, dilain pihak berharap kemenangan di kubu SBY. Karena harapan menang kalah itu, seperti judul artikel ini dapat mengundang reaksi kompasianer padahal judul artikel ini tidak ada hubungannya dengan Menkeu Sri Mulyani. Judul artikel ini tidak salah ketik, memang Sri Mulyanti, nama pegawai saya yang saya berhentikan karena sering bolos. Mungkin ada yang kesal, kasih komentar bahwa judul dan isinya tidak nyambung. Sebetulnya nyambung saja karena Sri Mulyanti dijelaskan juga dalam artikel ini bahwa dia bukan Menkeu. Saya berharap artikel ini tidak populer yang artinya makin banyak kompasianer yang kena dikerjai, akan makin banyak yang sebel dengan artikel saya. Sharing connection moto kompasiana masih banyak kurang dipahami karena masih sering terjadi pemaksaan pendapat satu sama lain. Masing2  pendapatnya harus diakui sebagai kebenaran, bukan saling mengisi tetapi saling mengejek dengan tingakat emosional yang tinggi. Ini hanyalah sebuah cara untuk mengingatkan kita semua, pergulatan elit politik tidak perlu disikapi secara berlebihan dan melibatkan emosi. Menang kalah urusan yang bergulat, memberikan opini tentunya bukan harus diterima oleh yang lainnya, masing2 punya pendapat dan harus saling menghormati masing2 pendapat itu, barangkali inilah salah satu makna sharing connection.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H