Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saya Melakukan Penghinaan ?

2 Januari 2010   06:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:40 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_47126" align="alignleft" width="137" caption="hehehe...aku marah...."][/caption] Sehari mejelang wafatnya Gus Dur, membaca berita Gus Dur sedang sakit, yang terpikir oleh saya adalah SBY merupakan salah seorang Menteri dalam kabinet dalam pemerintahanya. Hanya berdasar ingatan saja, SBY menolak dengan tegas perintah Gusdur melaksanakan dekrit yang dikeluarkannya. Berdasarkan pendapat saya, saya menilai ada kesamaan watak antara Gus Dur dan SBY, kesamaan watak yang dimiliki dua orang Presiden RI yaitu tidak bersedia tunduk pada tekanan. Untuk ilustrasi, saya mampu membuat karikatur dengan tangan, karena tersedia program dalam laptop saya, langsung saja saya ambil foto SBY, saya sentuh bagian2 wajah sehingga menjadi kombinasi wajah SBY dan Gusdur, artikelnyapun saya beri judul " Kombinasi Wajah Gus Dur dan SBY". seperti disin. Postingan semacam memakai gambar2 foto ilustrasi seperti ini sesungguhnya sebagai counter dari postingan artikel dengan ilustrasi Anggodo dengan seragam Kapolri di kompasiana, menyamakan Anggodo dengan Kapolri terlepas itu ada atau tidaknya pelanggaran hukum, secara etika tidaklah pantas. Penyampaian pendapat bisa dengan memberikan koment bisa juga dengan postingan tandingan, yang saya lakukan dengan menggunakan postingan supaya tidak terjadi perdebatan, kita sama menghargai pendapat kompasianer. Posting selanjutnya saya membuat artikel bergambar, artikel karikatur dengan memanfaatkan program yang saya miliki, saya ambil lagi foto2 petinggi negara ini, saya rubah fotonya menjadi tertawa sebagai visualisasi kemenangan dalam pertarungan politik, dilain sisi saya ambil profil tokoh terkait pertarungan politik dengan wajah cemberut karena kegagalannya menggoyang Boediono dan Sri Mulyani untuk non aktif.  Sebelumnya saya baca postingan2 mbak Linda, artikel2nya selalu mengademkan dan moderat sebagai reprentasinya saya tambilkan wajah tertawa. Demikian juga dengan profil Katedran, kompasioner teraktif yang banyak mengungkap jeritan hati saya buat wajah berteriak, dan Vira seorang mahasiswi kedokteran gigi yang cukup rajin menulis dan memberi komment postingan sahabat dengan wajah tersenyum.  Postingan dengan maksud menyampaikan opini melalui karikatur yang memprediksi keadaan 2010 terntang situasi politik dan kompasiana itu dapat dilihat disini. Oleh karena postingan tersebut, saya mendapat teguran ( tidak perlu saya sebutkan ) bahwa saya telah melakukan tindakan manipulasi photo yang dapat menimbulkan ketidak senangan. Untuk hal ini perlu saya menyampaikan penjelasan apa yang dimaksud dengan manipulasi photo dan karikatur. Manipulasi photo adalah menciptakan photo yang memberi kesan bahwa photo tersebut adalah photo diri dari seseorang yang dapat dikenali dari wajahnya. Sebagai contoh, photo wajah mbak Linda saya kombinasikan dengan tubuh bugil akan menghasilkan gambar mbak Linda berpose bugil. Seperti jelas2 menimbulkan fitnah, selain melanggar hukum juga tidak bermoral. [caption id="attachment_47145" align="alignleft" width="300" caption="Aku ini lagi unjuk gigi"][/caption] Yang lakukan jauh dari manipulasi foto karena semua saya buat berdasarkan istilah2 bahasa Indonesia yang saya artikan secara harfiah. Tidak ada pelanggaran hukum mengartikan bahasa istilah kedalam bahasa harifiah. Contohnya, unjuk gigi, gigi bengkak dalam karikatur foto dalam arti harfiah giginya besar karena bengkak atau kalau gigi tidak besar, tidak akan kelihatan jika ingin ditunjukkan. Demikian juga dengan senyum mengembang, senyumnya yang dikembangkan. Mulut besar seperti saya gambarkan pada Aditjondro, karikaturnya adalah mulutnya yang benar2 besar. Dan penggunaan  foto2 itu sangat terbatas pada perubahan wajah dan expresi saja, begitu wajah sudah berubah maka foto itu bukan lagi foto diri kompasioner yang fotonya dipakai sebagai dasar pembuatan karikatur. Demikian juga dengan expresi wajah, itu adalah ciptaan Tuhan, marah, tertawa, senyum. Expresi2 tersebut saya dasari ciptaan Tuhan tersebut. [caption id="attachment_47146" align="alignleft" width="133" caption="belum ngerasin tinjunya tuyul...."][/caption] Juga mengenai penggunaan photo profil kompasioner, kompasiana sudah menyebutnya publik blog, bukan private blog, photo yang ditampilkan di kompasiana secara otomatis menjadi milik publik, tidak ada perlindungan patentnya. Disini hanya tergantung moral, menggunakan foto2 itu untuk kepentingan apa, kepentingan dan tujuan itulah yang masuk dalam koridor hukum. Mencari kesalahan adalah lebih mudah dari pada meluruskan, namun demikian sebagai manusia saya pasti mempunyai kesalahan, saya akui kalau memang saya melakukan kesalahan, mungkin saja ada yang merasa tersinggung dengan apa yang saya perbuat dengan kebiasaan kutak katik profil, untuk itu saya mohon maaf yang sebesar2nya. Namun yang maksudkan dalam postingan ini adalah sikap menjustifikasi dari "seseorang" yang melihat dari sudut hukum. Saya dengan sangat terpaksa memposting tulisan ini karena menyangkut seluruh kompasianer yang mungkin tidak faham dengan UU ITE yang banyak ditentang itu. UU ITE dianggap sementara pihak membelenggu kebebasan berpendapat, banyak cara untuk melakukan penentangan misalnya melalui blog ini. Bahwa kita tahu siapaun dapat melakukan registrasi dengan nama suka2, alamat suka2, meposting artikel pancingan, kita ikut koment, koment kita juga ikut terpengaruh, apa yang terjadi selanjutnya ?. Bisa jadi yang membuat artikel tersebut sengaja memancing untuk ramai2 menentang UU ITE dengan menampilkan postingan bersifat fitnah sebagai bentuk tantangan, kita ikut memfitnah. Giliran terjadi masalah karena melanggar  UU ITE tersebut, yang membuat postingan menghilang, kompasianer yang ikut2an karena tidak mengerti masalah akan menanggung resiko. Tidak ada maksud lain kecuali saya hanya menyampaikan pendapat yang  mungkin ada gunanya bagi kompasianer  yang memang ingin mencurahkan hobby menulis dan menyampaikan pengetahuannya agar dapat lebih mawas diri, tidak terpancing oleh ambisi siapapun. Saya bukanlah ahli hukum, saya juga bukan siapa2, saya hanya ingin tidak terjadi sesuatu masalah yang harus ditanggung oleh kompasianer karena ketidak fahamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun