Seperti yang dilansir harian The Telegraph, gara-gara ulah seorang pria, delapan juta galon air terpaksa dikeringkan dari sebuah bendungan di Oregon, Amerika Serikat. Pria tersebut mengencingi bendungan yang memasok air minum bagi warga setempat. Biaya untuk mengeringkan bendungan tersebut adalah sekitar US$ 36 ribu (sekitar Rp 310 juta). Operasi pengeringan bendungan dilakukan setelah Joshua Seater kedapatan sedang kencing di danau jernih tersebut. Perbuatan pemuda berumur 21 tahun tersebut terekam dalam kamera CCTV. Operasi pengeringan bendungan yang menelan biaya besar itu menimbulkan kontroversi. Sebab menurut pakar-pakar kesehatan, insiden itu tak akan menimbulkan bahaya bagi masyarakat di Kota Portland yang mendapatkan pasokan air minum dari bendungan itu. Dikatakan pakar-pakar tersebut, rata-rata kandung kemih manusia hanya menampung enam sampai delapan ons dan urine tersebut akan sangat encer. Atas perbuatannya, Seater tidak ditangkap namun dia kemungkinan akan dikenai denda. Pria muda itu secara terbuka meminta maaf atas perbuatannya yang mengira yang dikencinginya adalah limbah pabrik. Dalam insiden itu, Seater habis minum-minum dengan teman-temannya ketika pemuda itu memutuskan untuk kencing di bendungan terbuka tersebut.
Jika orang Amerika merasa jijik dengan air seni. lain halnya hasil penelitian dan pengalaman para peneliti yang telah diungkapkan dalam berbagai konferensi, seperti First and Second All India Conferences on Therapy Urine tahun 1993 dan 1997 di India, maupun pada First and Second World Conferences on Therapy Urine 1996 di India dan di Jerman 1999. Hasilnya, para peneliti sepakat terapi air seni sangat bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain asma, batu empedu, hepatitis, hipertensi, kanker prostat, infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, kanker, kencing batu, kencing manis, narkoba, jantung koroner, penyakit kelamin, rematik, sirosis, wasir, bahkan jerawat.
Sebetulnya, air seni merupakan cairan sisa reaksi biokimiawi rumit yang terjadi di dalam tubuh. Meski zat buangan, urin manusia masih mengandung bahan kimia seperti nitrogen, fosfor, dan potasium. Bila menumpuk dan tidak dikeluarkan, maka akan menjadi racun yang malah membahayakan tubuh. Sebanyak 70% bahan makanan (nutrisi) yang dikonsumsi manusia dikeluarkan dalam bentuk air seni. Dalam setahun, seseorang dapat mengeluarkan air kencing kira-kira sebesar 500 liter. Jumlah ini setara dengan 4 kg nitrogen, 0.5 kg fosfor, dan 1 kg potasium. Ketiganya termasuk unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Di beberapa negara, pupuk urin merupakan bagian dari program pemanfaatan limbah yang disebut Ecosan. Ecological Sanitation (Ecosan) diilhami oleh banyaknya permasalahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan limbah rumah tangga seperti kotoran manusia. Dahulu, sebagian menganggap limbah tersebut tak berguna sehingga sering dibuang begitu saja. Namun, sebenarnya kotoran tersebut dapat diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya guna. Di samping mampu menjaga kesuburan tanah, teknologi ini juga dapat membantu mewujudkan ketahanan pangan.
Sejumlah negara sudah mulai menggalakkan program daur ulang limbah manusia ini. Sebut saja Cina, Zimbabwe, Meksiko, India, dan Uganda. Bahkan, beberapa negara Eropa juga turut serta dalam program ini, misalnya Jerman dan Swedia. Menurut Ian Caldwell dan Arno Rosemarin dari Stockholm Environment Institute, Swedia, penggunaan urin dan kotoran manusia sebagai pupuk adalah cara utama dalam menerapkan pertanian berkelanjutan. Lebih jauh lagi, hal tersebut dapat membantu tercapainya ketahanan pangan dan mendukung tersedianya nutrisi yang lebih baik. Sementara itu, penelitian air seni manusia sebagai pupuk juga telah dilakukan oleh MnKeni bersama teman-temannya dari Universitas Fort Hare, Afrika Selatan. Secara umum, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan urin sebagai sumber nitrogen sebanding dengan pupuk urea. Kendati demikian, hasil ini bergantung pada kepekaan tanaman yang dipanen terhadap kadar garam (salinitas) lahan tempat bercocok tanam.
Nah, air seni manusia ternyata selain bermanfaat bagi kesehatan manusia itu sendiri juga bermanfaat menjaga kesehatan lingkungan sebagai sumber pangan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H