Bagi seorang pria, wanita adalah mahluk yang lemah dan harus diayomi. Namun, mungkin karena tuntutan emansipasi, wanita mempunyai peluang yang sama dan kesetaraan dalam profesi. Kesetaraan menjadikan wanita melakukan hal hal biasa dilakukan oleh para lelaki sehingga filososi wanita adalah mahluk yang lemah dan harus diayomi agaknya sudah tidak berlaku.
Beberapa anggota DPR RI sudah menjadi pesakitan KPK dan dilihat dari usianya yang masih relatif muda adalah sangat disayangkan terlibat dalam tindakan yang kurang terpuji, tersangkut masalah korupsi. Rupanya bukan hanya yang berstatus wakil rakyat, namun juga melibatkan staffnya yang juga wanita muda dan cantik.
Namun, tak bisa dipungkiri, wanita juga diperlukan untuk membuat suasana gembira dalam sebuah lingkungan kerja, juga mungkin di DPR dengan status staff ahli. Seorang ahli tentunya dihargai karena keahliannya, bukan kecantikanya, entah karena memang dia seorang yang ahli yang kebetulan cantik, jadilah dia staff ahli anggota DPRÂ Marsinton Pasaribu ( MP ).
Sebuah peristiwa yang mencuat kepermukaan, Staff ahli MP yang bernama Dita ini melapor ke Bareskrim mabes Polri oleh karena dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh MP. Terlepas dugaan itu benar atau tidak, yang terlihat disini adalah menyangkut rekruitment staff ahli yang membantu wakil rakyat menjalankan amanat para pemilih.
Yang terkuak kepermukaan, yang disebut staff ahli adalah mereka yang sesungguhnya untuk membuat suasana gembira, wajarlah kalau hubungan kerja tersebut adalah naluri pribadi. Naluri pribadi inilah yang mendorong terjadinya tindak kekerasan terhadap Dita yang merupakan kader Nasdem yang berubah menjadi perkara politik.
Sehingga menjadi sangat lumrah kalau disinyalir kinerja DPR yang tidak optimum, banyak tunggakan kerja terutama dalam pembahasan undang2. Terlebih mengingat biaya politik untuk meraih kursi di senayan, fokus akan lebih kepada pengembalian modal politik yang sudah dikeluarkan.
Peristiwa pemukulan tersebut menambah panjang daftar cerita para wakil rakyat yang disnyalir berbau esek esek dan bergelimang harta dan bahkan parade mobil supermewah seolah menjadi sebuah simbol kemakmuran para wakil rakyat.
Sementara menteri Puan Maharani yang tak juga melepaskan statusnya sebagai anggota DPR meminta rakyat mengurangi komsusi nasi agar pemerintah tidak perlu import beras, peristiwa penganiayaan Dita dan parade mobil mewah menjadi sebuah gambaran DPR menjadi reprentasi rakyat makmur yang semena mena.
Â
Â
Â