Jenazah Freddy Budiman disambut teriakan Tahlil dan Takbir di Krembangan, Surabaya. Ratusan pelayat meluber di rumah gembong narkoba kelas kakap itu untuk memberikan penghormatan terakhir layaknya seorang pahlawan. Ambulance dan mobil pengawalan yang membawa jenazah dari Nusakambangan sulit masuk menuju kediaman Freddy. Petugas gabungan Polisi dan Linmas terpaksa turun membantu menertibkan warga yang memenuhi jalanan sekitar rumah mantan kekasih Vanny Rossyane itu.
Adalah sebagai gambaran terbalik dari para anggota kabinet dengan pernyataanya yang mendukung komitment bapak presiden. Dibalik itu, sebuah cerita yang terputus oleh tewasnya Freddy dihadapan regu tembak, cerita Harris Azhar, Koordinator Kontras langsung menghiasi media. Dia menulis panjang cerita pengakuan Freddy Budiman, salah satu bandar kakap yang sudah tidak bersuara lagi. Tulisan Harris atas pengakuan Freddy Budiman mengungkap fakta-fakta yang jarang diketahui banyak orang. Harrispun tak luput dari tudingan sebagai komplotan gembong narkoba dan harus dihukum mati oleh netizen.
Freddy Budiman berkisah dari sisi tak bersalah sebagai seorang pedagang yang tujuannya mencari untung semata-mata menggunakan barang terlarang sebagi mata dagangan. Barang itu menangguk untung yang begitu besar karena adanya larangan itu dan bisa berdagang karena ada upeti upeti yang jumlahnya sangat fantastis. Mudahnya meraup keuntungan, lancar membagi upeti dan mudah mengulurkan tangan untuk masyarakat sehingga dikenal sebagai orang baik bak robin hood.
Apapun pandangan dari sisi yang bertolak belakang adalah modus, bukan hanya dilakukan oleh Freddy Budiman. Cerita yang mirip seperti kisah Freddy bukan hanya monopolinya. Seorang yang dikenal sebagai Pak Haji, pembawaanya santun dan terkesan sholeh dan dermawan sehingga dihormati orang sekelilingnya. Ketika hendak ditangkap, seluruh penduduk melindunginya karena Pak Haji dimata masyarakat ibarat malaikat penolong keterpurukan kehidupan mereka. Sebaliknya, dengan alasan banyaknya korban penyalah gunaan narkoba, Freddy pantas mendapat hukuman mati.
Nun jauh di negeri China sana, sebuah pabrik yang memproduksi barang haram itu dengan leluasa menjalankan usahanya dengan tujuan eksport produksi ke Indonesia, Freddy sebagai pedagang menjalin hubungan bagi hasil hingga barang itu bisa beredar di negara kita. Mengapa bisa sampai beredar, seolah masalah ini tertutupi karena menyangkut performace kekuasaan. Itulah yang disampaikan oleh Freddy  sebelum ajal menjemputnya, namun info semacam ini hanya sekedar info karena hukum tidak menindak hukum.
Namun dibalik cerita diatas, eksekusi mati yang baru dilaksanakan justru menampakan warna asli dari kabinet yang bersikap asal bapak senang. Â Sikap oposan anggota kabinet yang selama ini sering mencuat kepermukaan kedepan kemungkinan tidak terlihat berganti dengan koor yes sir. Hal ini sangat cocok dengan keiinginan presiden, menjadi pemimpin tidak tergantung dari nilai IP akademis, menjadi pemimpin karena dituruti perintahnya. Artinya, yang dibutuhkan adalah figur yang manut, figur yang nurut, figur yang loyal atau semacam itu.
Kepemimpinan yang berangkat dari kalangan penguasaha memang berkarakter seperti itu tadi, seorang pengusaha tidak perlu orang yang pandai, penguasaha membutuhkan orang yang  nurut menjalankan perintah bisnisnya. Kalau Indonesia diperintah seperti ini, ibarat sebuah korporasi besar yang akan dikerubuti korporasi lainnya yang menciptakan sebuah system apa yang disebut kapitalis.
System kapitalis selalu akan berbuntut penindasan kepada rakyat, seperti halnya yang terjadi di mesuji 5 tahun silam, rakyat yang merasa haknya diabaikan melakukan perlawanan dengan menguasai kebun sawit milik perusahaan besar. Siapa yang dihadapi oleh masyarakat adalah aparat keamanan dengan dalih penertiban perambahan kebun sawit yang sesungguhnya milik para kapitalis. Apa yang disebut penertiban tersebut akhirnya memicu kerusuhan yang lebih besar lagi, siapa lagi yang menjadi korban kalau tidak rakyat.
Korban dari pihak rakyat bisa disebabkan oleh berbagai sebab, bisa karena penyalah gunaan narkotika, bisa oleh karena sikap aparatur dengan dalih penertiban, bisa karena masalah ekonomi. Artinya, korban pada rakyat itu bukan hanya karena peredaran narkoba saja, namun korban dari penyalah gunaan narkoba bisa karena pengawasan aparatur negara yang tidak efektif oleh kepentingan setoran seperti yang diungkapkan oleh Freddy itu.
Ketika masyarakat merasakan kebaikan yang dilakukan oleh Freddy, masyarakatpun menilai dia adalah sebagai seorang pahlawan. Sebaliknya, ketika masyarakat harus menghadapi aparat keamanan seperti yang terjadi di mesuji, mungkin pandangan yang terjadi kepada aparat keamanan negara ini adalah sebaliknya. Â Eksekusi Freddy meninggalkan sudut pandang yang bisa jadi saling bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh para anggota kabinet itu sehingga menyikapi eksekusi akan tergantung dari kepentingannya, sedangkan sisi kemanusiaaanya terkesampingkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI