Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Fenomena Anak Indigo, Mengintip Cara Belajarnya

30 Mei 2010   17:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:52 6604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_153890" align="alignleft" width="218" caption="Ilustrasi"][/caption] Bila anak Anda indigo, Anda tidak perlu panik, indigo bukanlah penyakit atau kekurangan. Tetapi anak indigo membutuhkan pola asuh yang berbeda dari anak normal umumnya. Maka semakin dini seorang anak diketahui indigo, semakin besar kesempatan Anda untuk bisa mengarahkan si kecil. Dalam budaya Timur, orang tua kerap merasa memiliki otoritas yang tidak boleh dibantah. Nasihat atau kata-kata orang tua lebih bersifat instruktif dibandingkan informatif. Mengingat anak indigo sulit dalam menerima otoritas absolut, pola asuh atau cara berkomunikasi yang instruktif tidak cocok untuk anak indigo. Apabila seorang anak indigo diperintah untuk duduk diam tanpa diberitahu sebab atau tujuannya, ia tidak akan mau diam. Hal-hal seperti inilah yangseringkali menjadi masalah dalam hubungan antara anak indigo dan orang tuanya. Anak indigo juga tidak bisa menerima alasan untuk menghormati seseorang hanya karena usianya lebih tua atau jabatannya lebih tinggi. Anak indigo hanya akan menghormati orang yang ia tahu memang pantas dihormati, misalnya berprestasi, bijaksana, atau berpengalaman. Maka sebagai orang tua dari anak indigo, Anda perlu menunjukkan teladan yang baik agar si kecil mau mendengarkan Anda. Lalu apa yang menyebabkan pola pikir anak indigo bertitik tolak pada kesetaraan, dia tidak membedakan antara yang tua harus dituruti atu dihornati. Jika tidak memahami pola pikir anak indigo, berdasarkan norma yang berlaku dalam budaya timur anak ini mengesankan sebagai anak yang tidak sopan atau kurang ajar.  Sebagaimana saya jelaskan dalam artikel fenomena anak Indogo sebelumnya, bahwa sesungguhnya anak ini seperti dalam dua alam, yang satu alam dimana dia dilahirkan dilain alam dia mempunyai kehidupan lain yang secara langsung mempengaruhi otaknya.  Kemampuan otaknya menjadi luar biasa dan bahkan cara berpikirnya pun sudah seperti orang dewasa namun sifat dasar kekanak2an tetap ada seperti masih terlibat bermain bersama teman sebayanya.  Namun, berhadapan dengan orang dewasa dia kan menyeseuaikan diri baik dalam tingkah laku maupun cara berpikirnya. Belum dapat dibuktikan secara nyata  bagaimana cara anak itu memperoleh pengetahuannya yang demikian maju. Mungkin bagi sebagian orang hal itu adalah sebagai kebesaran dari Tuhan, pemikiran akan selesai sampai disitu,  menerima begitu saja tanpa ada pemahamn lebih lanjut.  Pendapat ini tidaklah salah karena kita memang percaya bahwa Tuhan dapat menciptakan segalanya. Tetapi jika melihat fenomena pada anak indigo, mungkin akan terjadi dorongan keiingin tahuan lebih lanjut pada diri kita.  Banyak para peneliti yang telah melakukan penelitian terhadap anak indigo ini, namun hasilnya masih sebatas pada kesimpulan yang bersifat argumentatif berdasarkan keyakinan. Kisah Ken Arok yang diyakini sebagai titisan dewa syiwa dalam budaya jawa yang hidup dalam beberapa fase yaitu masa anak2, menjadi perampok dan mencapai kekuasaan dengan kelicikannya adalah menjadi manusia istimewa. Namun Ken Arok yang dipercaya sebagai titisan dewa syiwa tersebut adalah sebagai gambaran keistimewaan sebagaimana anak indigo. Kepercayaan manusia tentang roh, hantu, jin, dewa dan lain sebagainya adalah sesungguhnya ada kepercayaan umat manusia terhadap kehidupan lain selain kehidupan umat manusia di bumi ini secara paralel. Sebagai contoh, kepercayaan islam mengatakan manusia setelah mati akan putus hubungan dengan kehidupan, namun suatu saat kita dapat berhubungan dengan ayah kita yang sudah meninggal. Kepercayaan tersebut tentunya akan meyakinkan kita bahwa sesungguhnya kita berjumpa dengan mahluk jin yang melakukan penyamaran menjadi ayah kita yang sudah meninggal itu. Namun perjumpaan itu hanya dirasakan oleh yang mengalami, tidak ada saksi sehingga hal ini belum tentu dapat dipercaya oleh orang lain.  Dapat dimaklumi,  jika orang2 yang mampu melihat dunia lain mempunyai kecenderungan mudah depresi dan menjadi introvert karena pengalamannya sulit dipercaya oleh orang lain.  Sikap sekeliling yang lebih mendasari kenyataan tersebut akan menganggap dirinya sebagai orang yang sakit, hal inilah yang mendorong banyak oarng yang mempunyai kemampuan lebih itu menarik diri dari kehidupan sosial masyarakat. Dalam kesendirian itu, pada usia yang cukup matang nantinya, anak indigo ini mampu menghasilkan prestasi spektakuler yang dipandang dari usia maupun prestasinya. Pengakuan masyarakat  itu akan mengangkat morilnya untuk kembali kedalam kehidupan sosial umumnya pada posisi sosial yang istimewa, bukan lagi sebagai target cemoohan sebagaimana sebelumnya. Einstein, Rockofeller, Onasis adalah contoh manusia yang pada awalnya dianggap tidak normal dan pada akhirnya dapat membuktikan diri sebagai orang yang istimewa. Jika kita tidak mengalami sendiri, kita tidak faham bagaimana anak indigo itu memperoleh ilmu pengetahuannya.  Pelajaran filsafat kehidupan yang tertanam pada anak indigo menjadi luar biasa karena kita tidak mengerti oleh banyak orang bagaimana anak tersebut memperoleh ilmunya. Ilmu filsafat Itulah ilmu yang paling dasar ditanamkan pada usia yang sangat dini, siapakah yang memberi pelajaran tersebut kepada anak itu, kembali kepada keyakinan kita masing2.  Jika ingin membuktikan, siapa sesungguhnya guru yang memberi pelajaran kepada anak indigo tersebut sebetulnya tidak sulit. Melalui mediator hal itu dapat dilakukan dengan syarat kita juga memiliki pendamping sejenis sebagaimana anak indigo itu. Sebetulnya, jika kita telusuri kebelakang, sejarah masuknya islam di Indonesia, terutama di Pulau jawa  tidak dapat terlepas dari peran para wali dan kerajaan Mataram. Budaya hindu yang berkembang sebelumnya menjadi basis pemahaman islam sehingga islam lebih dapat diterima. Ini terlihat dari kebudayaan jawa yang hingga saat ini masih bertahan seperti acara sekatenan walaupun ritual agamanya berdasarkan ajaran islam. Budaya yang mengenal titisan dewa sebagaimana cerita tentang Ken Arok, masuknya islam membuat masyarakat jawa mengenal bangsa Jin yang dapat diajak berkomunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah kolonial yang membatasi pendidikan, mendorong bangsa kita untuk belajar dengan basis agama islam. Pendalaman ajaran agama islam inilah yang membangun hubungan antara manusia dan bangsa Jin. Sebuah hubungan yang dibangun antara manusia dan bangsa jin yang usianya jauh lebih panjang menyebabkan hubungan itu terus berlanjut pada anak cucu manusia. Tak salahlah jika sudut pandang ustadz akan mengatakan bahwa fenomena anak indigo tersebut salah satu sebabnya karena leluhurnya adalah paranormal atau mempunyai hubungan dengan bangsa Jin.  Maka, dengan meminjam raga manusia sebagai mediator karena bangsa Jin tidak memiliki pita suara, penjelasan mengenai  bagaimana anak indigo memperoleh ilmu pengetahuan dapat dijelaskan secara rasional. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita dapat mempercayai penjelasan bangsa jin itu, kembali pada keyakinan kita masing2. Jauh sebelum berkembangnya fenomena anak indigo ini, sebuah pengalaman masa kecil yang tidak dapat saya lupakan, bimbingan oleh mahluk yang semula saya kira adalah pengasuh juga saya terima dengan penekanan pada norma dan tata krama, namun ketika saya menyadari yang membimbing saya bukan manusia, inilah yang membuat saya takut luar biasa. Bertahun2 saya hidup dalam ketakutan membuat diri saya sebagai anak yang tidak berguna hingga pada suatu saat muncul kembali keberanian saya setelah saya selesai menempuh perguruan tinggi. Prestasi akademis pas2an karena saya bukan anak indigo, bahkan jauh dibawah prestasi saudara2 saya. Namun pengalaman itu kembali lagi, sebuah pelajaran tentang kehidupan dan norma saya terima. Ternyata pelajaran itu adalah pelajaran pengenalan diri, yang lebih umum disebut sebagai filsafat yang akan menentukan kiprah kita dalam kehidupan sosial didalam masyarakat. Pelajaran filsafat yang saya serap dari bangsa Jin ini membuat diri saya dipandang sebagai orang sudah sesat. Menjadi orang yang dianggap sinting dan dimusuhi oleh saudara sendiri karena saya tidak bisa sepakat dengan mereka. Mungkin aneh didengarnya dan tidak masuk akal, bagaimana mungkin seorang yang trance didepan saya dapat mengungkapkan secara detail perjalanan hidup saya dari kecil hingga dewasa. Pelajaran yang saya serap dari semua itu adalah bahwa kerelaan akan menumbuhkan kepercayaan diri. Saya bukan orang pandai, mungkin menjadi anak yang terbodoh dalam keluarga, tetapi tumbuhnya kepercayaan itu membuat saya melakukan perbuatan nyata. Sedangkan hasil itu akan tergantung dari otak kita sendiri, otak ciptaan Tuhan.  Semua itu berawal dari sebuah manuskrip peninggalan leluhur tentang harta karun membuat saya terhubung kembali dengan bangsa Jin, ternyata harta karun itu adalah otak kita. Terlepas bagaimana pandangan kita terhadap bangsa Jin itu, bahwa sesungguhnya kita sudah dibekali otak yang dapat digunakan untuk memilah, buang yang negative, ambil positivenya. Banyak teori mengenai fenomena anak indigo, mulai dari sudut pandang kedokteran modern, ilmu psikologi, kejiwaan, islam, konfusius, kristen, hindu, budha yang masing2 memberikan gambaran berbeda satu sama lain. Namun pandangan terhadap anak indogo ini, dia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang diberi keistimewaan, pelajaran filsafat kehidupan yang diterimanya adalah merupakan pondasi yang kokoh untuk pengenalan diri. Mengenal diri sendiri akan mendorong dia berpikir, berlatih berpikir sejak dini akan membuat otak berkembang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun