Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menelaah "Warning" Amerika Serikat

7 Juli 2018   02:21 Diperbarui: 7 Juli 2018   02:48 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ekonomi.kompas.com)

Kasus yang menimpa perusahaan Amerika ini bisa jadi membuat Amerika merasa gerah terlebih belakangan terlihat hubungan yang mesra antara Indonesia dan China yang menjadi pesaing Amerika Serikat menguasai kekayaan alam Indonesia. 

Jika kita tengok perjalanan hubungan dengan China, kedekatan Bung Karno dengan China telah menimbulkan spekulasi ketidak sukaan Amerika Serikat, banyak peneliti dalam bukunya yang mengindikasikan keterlibatan CIA dalam pergolakan politik tahun 1965 di Indonesia yang berujung pergantian kekuasaan dan putusnya hubungan diplomatik dengan China.

Bukan hanya sampai disitu, larangan pengembangan ajaran komunisme diberlakukan melalui TAP MPR yang belum dicabut hingga saat ini. Bahkan pemerintah era orde baru melakukan kontrol terhadap warga keturunan China, walaupun begitu Suharto memberi kesempatan kepada warga keturunan China sehingga membentuk konglomerasi.

Suharto seperti menjadi anak emas Amerika Serikat ini menjadikan komunis, faham yang menjadi seteru liberalisme yang dianut Amerika sebagai bahaya laten. Namun, seiring dengan usainya perang dingin, berbagai sangsi diberikan kepada Indonesia seperti embargo suku cadang peralatan militer yang merontokkan kekuatan militer Indonesia. Indonesia tidak dibutuhkan lagi sebagai garda depan pembendung komunis di kawasam Asia Tenggra. 

Menyusul embargo senjata  terjadi gejolak ekonomi di kawasan Asia pasific yang berujung krisis ekonomi di Indonesia dan pergantian kekuasaan. Reformasi politik di Indonesia juga merubah garis politik  yang ditandai dengan normalisasi hubungan diplomatik dengan China serta pengadaan senjata  dari Rusia sehingga Indonesia tak sepenuhnya bergantung kepada Amerika Serikat.

Hubungan dengan China makin mesra pada era Jokowi yang menyisihkan Jepang dalam proyek mercusuar kereta cepat. Begitu juga pendanaan proyek infrastruktur dari china menjadi jargon politik keberhasilan. Opini publik yang terbentuk sedemikian rupa mungkin telah mengkhawatirkan pemerintah Amerika Serikat mengingat investasi yang ditanamkan di Indonesia, bukan karena fahamnya.

Amerika Serikatpun memberi warning akan mencabut kekhususan perdagangan dengan Indonesia. Bagi Amerika Serikat, nilai ekport Indonesia tergolong kecil menjadi alat penekan yang arahnya mungkin saja terkait dengan perlindungan investasinya yang terancam oleh ekspansi China di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun