Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penistaan Agama Tiada Akhir ?

3 Januari 2017   00:40 Diperbarui: 3 Januari 2017   01:59 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Adalah Machiavelli yang pertama kali mendiskusikan fenomena sosial politik tanpa merujuk pada sumber-sumber etis ataupun hukum. Inilah pendekatan pertama yang bersifat murni scientific terhadap politik. Bagi Machiavelli, politik hanya berkaitan dengan satu hal semata, yaitu memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Hal lainnya, seperti agama dan moralitas, yang selama ini dikaitkan dengan politik sesungguhnya tidak memiliki hubungan mendasar dengan politik, kecuali bahwa agama dan moral tersebut membantu untuk mendapat dan mempertahankan politik. Keahlian yang dibutuhkan untuk mendapat dan melestarikan kekuasaan adalah perhitungan. Seorang politikus mengetahui dengan benar apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dikatakan dalam setiap situasi.

Pandangan politik Marchiavelli diadopsi para politikus dunia sehingga memunculkan negara-negara yang sekular sifatnya.  Apalagi saat ini setelah Indonesia memasuki era roformasi setelah sebelumnya dalam masa yang panjang dibawah demokrasi "terpimpin", kekuatan, keuangan, kepandaian bahkan kelicikan menjadi strategi dalam persaingan politik. Mungkin, satu kesalahan Ahok menganggap enteng Habib Rizieg yang memiliki keuntungan dari atribut agama yang disandangnya.

Negara yang kuat akan bertumpu pada pasukan yang kuat dan hukum yang baik untuk memaksa agar rakyat tunduk. Yang menjadi pertanyaan, apakah hukum kita sudah baik ?. Ini menjadi persoalan lain ketika kepercayaan terhadap hukum kurang baik sehingga cenderung terjadi pemaksaan kehendak seperti yang disematkan pada aksi 212. Tekanan publik pada penegakan hukum ini bisa saja menimbulkan distabilisasi baik dalam politik maupun keamanan.

Ditengah kegalauan politik seperti saat ini, muncul berita penobatan Jokowi sebagai pemimpin terbaik se Asia - Australia oleh Bloomberg yang ditanggapi beragam didalam media sosial. Ciri masyarakat yang belum lama menikmati kebebasan pendapat  menjadikan berita tersebut sebagai pro kontra, sejenak melupakan aksi 212, topikpun tertuju pada penobatan tersebut.

Perang hoax, perang opini, saling bertanding citra menjadi bahagian keseharian publik dalam memandang politik cair. Loyalitas tidak ada yang abadi dalam politik, tetapi yang tak kunjung usai adalah saling lapor penistaan Agama dan korupsinya.



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun