Dari fenomena yang mendunia ini, terlihat tipikal asli dari kekuasaan negeri ini yang selalu mencari kesalahan mulai dari jalan raya sampai kesemua lini yang tak lain menjadi budaya suap, korupsi, penyalah gunaan kewenangan dan lain sebagainya karena kesalahan menjadi monopoli rakyat.
Ketika rakyat menilai seorang pejabat melakukan kesalahan maka yang harus dilihat adalah niatnya.  Mungkin inilah salah satu yang mendorong timbulnya aksi 212. Apakah pengadilan dapat menyelesaikan masalah  ?
Barangkali kita dapat mengaca dari fenomena Telolet yang mendunia yang berangkat dari kesenangan anak-anak, bahwa kegaduhan politik yang berlarut-larut karena budaya saling menyalahkan dan merasa paling benar.  Para masyarakat pedesaan atau  anak anak hanya ingin  gembira tapi tak luput dari sasaran kesalahan yang sudah sangat membudaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H