Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar program beras miskin (raskin) untuk masyarakat diganti dengan voucher belanja. Voucher ini nantinya bisa digunakan untuk membeli sembako di warung maupun toko terdekat.
"Telah saya sampaikan pada saat rapat terbatas (ratas) pada 16 Maret 2016 yang lalu bahwa program raskin akan kita ganti dengan voucher yang akan disampaikan langsung pada rumah tangga yang menjadi sasaran dan voucher ini dapat digunakan untuk menebus beras dan atau telur atau bahan pokok lainnya di pasar, di toko, di warung pada harga yang berlaku," kata Presiden Jokowi dalam pengantar ratas tentang Pola Operasi Bandara Enclave Civil dan Pemanfaatan Ruang Udara di Selatan Pulau Jawa di Kantor Presiden, Â Jakarta Pusat, Selasa (19/7).
Dengan menggantikan program raskin dengan voucher, Presiden berharap bisa menyejahterakan masyarakat. Mengingat masyarakat Indonesia masih mengalami kesulitan mendapat sembako yang berkualitas baik.
Diatas cuplikan berita yang saya copas dari Merdeka.com yang tersirat intinya kemiskinan itu disebabkan karena tidak mampu membeli pangan sehingga pemberian voucher belanja adalah jawabannya. Sekaligus juga, merupakan pengakuan bahwa rakyat lebih senang disuap dari pada diberikan lapangan usaha, atau karena memang sulit menciptakan lapangan kerja. Terlebih belakangan ini yang sedang mencuat yaitu investasi dari China diiringi oleh eksodus tenaga dari negara itu, sehingga kesempatan kerja kepada bangsa ini tersaing oleh bangsa China dinegara sendiri.Â
Agar tidak menimbulkan gejolak, dibuatlah program yang membuat ibu-ibu senang, belanja dapur diurusi oleh pemerintah. Sebelumnya, penyaluran raskin banyak terjadi penyimpangan, bukan tidak mungkin akan terjadi modus baru, jual beli voucher yang pada akhirnya program itu menjadi tidak efektif. Padahal, banyak cara untuk membuka lapangan kerja di pedesaan dengan proyek-proyek padat karya seperti mengefektifkan bantuan pedesaan.Â
Namun sebaliknya, untuk pembangunan ditempuh jalan dengan cara berhutang yang makin hari makin membengkak. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang membayar hutang itu ? Orang kayakah?
Jokowi akan makin digandrungi karena mengerti bagaimana membuat rakyat senang namun tidak mendidik rakyat menjadi mandiri. Itulah politik bagaimana cara mengelola dan menyalurkan uang negara untuk membangun citra politiknya. Â Agar rakyat senang, rakyat disuapi dengan menjual kemiskinan dan yang seperti ini tak bedanya dengan para aktivis yang berjuang demi keadilan dan kemiskinan namun setelah memperoleh posisi merasa menjadi orang istimewa.
Jelas program ini akan dinilai tidak fair oleh lawan politik yang akan memancing kegaduhan politik berkepanjangan sebab yang digunakan adalah uang rakyat juga tetapi yang mendapat keuntungan citra politik adalah Jokowi. Jangankan rakyat yang disuapi pasti senang, pejabat berkuasapun suka minta disuap karena juga senang dengan acara suap-suapan.
Berkalung emas dan naik kendaraan, itulah gambaran pengambilan BLT yang mirip dengan program yang akan diluncurkan. Itulah tipikal masayarakat, mengaku miskin tidak perlu gengsi karena dapat uang yang faktanya untuk beli rokok. BLT yang diusung oleh SBY ini paling tidak menjadi bahan kampanye yang akhirnya dimenangkan oleh SBY. Cuma ganti judul, tapi isinya sama, rakyat senang disuapi sehingga program yang tidak mendidik ini terus berlanjut dan yang penting ibu-ibu senang memilih tokoh yang membuat senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H