Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tan Ailing, Pacar Cinaku

8 Februari 2016   03:47 Diperbarui: 8 Februari 2016   03:52 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam perjalanan pulang, saya tertawa terbahak-bahak, main senetron jadi pacar Aling, kata saya. Tersipu-tersipu keduanya mendengar celoteh saya, Aling mati pasaran, diumumkan pacarnya saya. Memang Aling  sudah punya pacar ? Jangan-jangan diputusin kalau tau, kata saya berseloroh, wajah maminya Aling yang duduk dibelakang tampak memerah saya pandang dari kaca spion. Sudah selesai kuliah, besok bawa lamaran ke kekantor saya, jadi sekretaris saya saja, saya menawarkan job buat Aling.

Aling akhirnya bekerja di Kantor saya, segala keperluan pribadi dia yang urus, mulai dari makan sampai urusan pakaian dan sabun mandi.  Tiap hari dialah yang memberesi kamar tidur saya, pakian kotor dimasukkan ke palstik dibawa pulang untuk dicuci, belakangan saya tau yang nyuci pakaian saya mamanya. Waktu terus berjalan, tidak ada kata cinta, tidak ada kata rayuan, hubungan saya anggap dia sebagai orang yang bekerja.

Tapi anehnya satu persatu,  cewek-cewek yang biasa mengajak saya piknik atau nonton mulai menghilang, usut punya usut rupanya dihalangi Aling yang disebut herder, galaknya minta ampun kata mereka. Rupanya gurauan saya sewaktu wisuda dianggap pinangan, celaka pikir saya, kena batunya harus menjaga perasaan.

Saya harus ke Jakarta untuk urusan kantor, Aling saya ajak serta. Disela urusan dinas, saya ajak pergi belanja ke Pasar Baru. Aling yang bertubuh tinggi ini memang manja, kalau berjalan biasa memegangi lengan saya dengan kedua tangannya tapi kadang juga jahil kalau memakai sepatu hak tinggi. Karena memakai hak tinggi,saya jadi lebih pendek darinya, tanganya dilingkarkan ke leher saya seperti memperlakukan saya sebagai anak2. Tentu saja kelakuannya menarik perhatian para pedagang yang umumnya orang Tionghoa.

Ketika memasuki sebuah toko, entah apa yang diucapkan oleh pemilik toko dalam bahasa mandarin yang tidak saya mengerti, Aling marah, agaknya dia tersinggung. Aling segera menarik tangan saya keluar dari toko itu, kamu kenapa ? Tanya saya heran karena ucapan pemilik toko itu saya tidak mengerti. Rupanya pemilik toko itu menegur dia, berlaku mesra seperti itu dengan orang Indonesia memalukan. Mendengar omelan Aling saya jadi geli, kamu Cina tetep Cina, saya Jawa tetep Jawa, kenapa diladeni, kata saya.

Aling sudah tidak tau lagi dimana tanah leluhurnya, dia hanya mendapat cerita leluhurnya berasal dari daratan Tiongkok, dari Kwantung. Hanya itu yang dia tau yang menjadi indentitas asal asul seperti orang batak yang tinggal di jawa, walaupun bahasanya sudah memakai bahasa jawa, logatnya logat jawa, tidak mengerti bahasa Batak, tapi dia tetap mengaku orang Batak, nama marga tetap dia sandang. Begitulah saya beri pemahaman kepada Aling untuk meredakan kesebalannya.

Aling yang wajahnya masih merengut saya ajak masuk restoran, saya lihat ada sepasang pria dan wanita sedang minum, yang wanita saya perkirakan usianya belum 20 tahun, yang pria mungkin sudah lebih 60 tahun. Saya minta Aling untuk menerka, apakah mereka ayah dan anak, kakek dan cucu atau lagi pacaran.  Melihat, gerak gerik dan cara berbicaranya membuat saya tersenyum, Aling menginjak kaki saya supaya saya jangan usil.

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun