Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sisi Lain dari TNI

5 Oktober 2010   19:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

[caption id="attachment_279993" align="alignright" width="218" caption="Ilustrasi"][/caption] Melihat tayangan hari jadi TNI yang ke 65 di Televisi, saya teringat dengan tulisan almarhun ayah saya  yang menurut dokumen yang saya baca adalah penanggung jawab penanganan demobilisasi laskar bersenjata pejuang kemerdekaan Indonesia itu. Setumpuk dokumen tua saya buka, sebagai salah satu anggota delegasi pemerintah republik dalam pengakuan kedaulatan, seusai perundingan dengan pemerintahan kolonial Belanda, beliau ditunjuk untuk menangani laskar pejuang kemerdekaan.  Mungkin banyak diantara kita  bahkan mungkin juga kalangan TNI sendiri tidak mengenal apa itu Biro Rekontruksi Nasional (BRN), sebuah dewan rekontruksi nasional yang dibentuk berdasarkan PP no 12 tahun 1951 yang tugasnya mengurusi demobilisasi anggota pasukan perjuangan bersenjata yang tergabung dalam laskar atau badan bersenjata. Laskar atau badan bersenjata yang berada dibawah Komando Distrik Militer semasa Clash ke II, setelah dicapainya kesepakatan perdamaian dengan pemerintah kolonial Belanda, maka laskar bersenjata tersebut dibubarkan. Mengingat mereka adalah para pejuang, tentunya pembubaran laskar tersebut harus dicarikan solusi agar mereka dapat memiliki penghasilan untuk menunjang ekonomi keluarganya. Pembubaran laskar tersebut bukan tidak menuai masalah, diberbagai wilayah mereka membentuk gerombolan bersenjata baik yang dipengaruhi ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Orang2 yang merasa tidak dihargai tersebut akhirnya tergabung dalam kelompok yang menentang Republik yang baru merdeka ini seperti Darul Islam Cirebon atau  Barisan Sakit Hati  dibeberapa daerah lainnya seperti di Purwakarta, Karawang. Di Jawa Tengah muncul gerombolan bersenjata serupa yang beroperasi dikaki gunung merapi dan merbabu. Golongan bersenjata yang militan ini sangat mudah melibatkan masyarakat pedesaan karena umumnya mereka juga terdiri dari pemuda2 desa yang ikut dalam perjuangan kemerdekaan. Tertangkapnya pimpinan laskar bersenjata tersebut,  masalah tidak akan selesai jika pemerintah tidak mencarikan solusi bagi para anggota laskar ini. Melalui Biro Rekontruksi Nasional dibawah kementrian pertahanan dan keamanan, gerombolan bersenjata ini "dimasyarakatkan" kembali ke Daerah Lampung. Dipilihnya daerah Lampung sebagai daerah tujuan dengan pertimbangan bahwa daerah ini adalah daerah yang subur dan tidak terkesan sebagai daerah pembuangan. Para pejuang kemerdekaan ini dimotivasi menjadi pejuang ekonomi dengan membangun daerah baru. Mereka ini dijadikan pelopor pembangunan dengan membentuk pemukiman2 inti dibeberapa wilayah antara lain di Sumber Jaya ( Way Kanan ), Wonosobo , Talang Padang, Air Naningan , Air Bakoman( Tanggamus), Palas ( lampung Selatan ). Mereka ini tidak langsung dilucuti persenjataannya karena pendekatannya adalah tetap sebagai sebuah perjuangan sehingga apa yang mereka lakukan adalah pilihan. Walaupun sebagian dari mereka akhirnya ada yang tetap meneruskan sebagai anggota TNI, ada beralih menjadi polisi, pegawai negeri namun sebagian besar dari mereka tetap berjuang sebagai pejuang pembangunan. Mungkin ada baiknya para anggota TNI menegok kiprah mereka, pejuang sejati bukan hanya memegang bedil dan apa yang mereka hasilkan itu, bahwa daerah yang mereka rintis saat ini telah menjadi sentra produksi pangan dan  perdagangan yang cukup penting di Wilayah Lampung. Berawal dari membuka hutan, menjadi pemukim inti sangat dibutuhkan kerelaan, memanggul senjata merebut kemerdekaan adalah langkah awal dari sebuah perjuangan yang panjang.  Namun sayangnya, mereka yang tak pernah memanggul senjata justru tidak mampu menghargai perjuangan mereka, ternyata sebagian dari mereka sampai saat ini tidak dapat mengurus sertifikat tanahnya karena tidak sinkronnya kebijakan pemerintah pusat. Sementara mereka ini dianggap mendiami lahan yang masuk register hutan lindung tetapi hutan lindung itu sendiri justru dibabat untuk HPH yang kemudian dikonversi untuk para pemilik modal. Namun yakinlah, para pejuang kemerdekaan itu tidak akan mengemis dan mengelus dada karena bagi mereka hidup adalah perjuangan. Mungkin tangan2 yang sudah keriput dan tremor itu masih mampu gerak hormat " Engkau kini sangat gagah anak2ku .............. Selamat HUT TNI ke 65".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun