Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kritik Kinerja SBY, Baca Ini Dulu..!!!

3 Januari 2010   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:39 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_47520" align="alignleft" width="285" caption="Ilustrasi"][/caption]  Maksud mbah bikin foto Pak Boediono sedang tertawa, hanya sekedar ramalan tahun 2010 yang nantinya dapat membuat Pak Boediono tertawa lantaran politik negeri ini akan anteng, kalau anteng kan kerjanya menjadi happy. Juga, mungkin Pak Boediono hanya bisa tertawa, potongan berita bisa menganalisa kinerja negara, kalau tidak paham, jangan dipaham2kan, nanti foto ketawanya Pak Boediono tambah lebar, kan jelek jadinya, tidak ganteng lagi. Kalau seseorang penulis  mampu menganalisa kinerja negara berdasarkan berita, ini membuat mbah bingung, daripada mbah kasih koment tidak diterima, mendingan mbah tulis saja artikel, sekedar bagi2 pengetahuan untuk kopasianer secara garis besarnya, mungkin dapat dijadikan panduan dalam memberikan analisa atau kritikan. Keuangan negara secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu ABPN dan APBD yang masing2 mempunyai pos anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Disamping itu, anggaran untuk daerah yang berasal dari APBN masuk dalam APBD yang zaman dahulu disebut anggoran sektoral, sekarang dikenal dengan Dana Alokasi Umum.  System penganggarannya adalah anggaran berimbang, anggaran berimbang ini menimbulkan defisit atau surplus anggaran.  Untuk APBN, dari zaman dahulu selalu mengalami defisit, besar pasak dari pada tiang, defisit anggaran tersebut selalu ditutup dari pinjaman, umumnya Pinjaman Luar Negeri. Pinjaman Luar Negeri inilah yang sekarang jadi titik sentral karena Indonesia mempunyai pinjaman Luar Negeri baik sisa peninggalan Orba maupun setelah itu yang kabarnya saat ini equivalen sekitar Rp. 7 juta perjiwa. Pinjaman ini harus dibayar dengan duit dolar, bukan pakai duit monopoli. Oleh karena ada transaksi devisa, maka dalam penganggaran menerapkan asumsi basic rate per USD nya. Disinilah peran kebijakan moneter negara dalam menjaga stabilitas untuk mengamankan anggaran tersebut, apabila terjadi gonjang ganjing nilai rupiah, mau tidak mau harus terjadi revisi anggaran, itupun harus persetujuan DPR sama halnya dengan RAPBN. Gonjang ganjing rupiah akan langsung berpengaruh kepada kinerja pemerintah dan pembangunan negeri ini.  Situasi politik akan sangat berpengaruh pada stabilitas moneter, mungkin inilah pertimbangan SBY menggandeng Boediono sebagai pasangannya. Tidak ada lain cara untuk memulihkan ekonomi Indonesia  yang paling realistis kecuali dengan menjaga stabilitas moneter. Boediono dan Sri Mulyani diharapkan menjadi tandem konstruksi dasar pembangunan ekonomi Indonesia.  Kebijakan menaikan atau menurunkan suku bunga adalah hanya salah satu cara menjaga stabilitas disamping menghilangkan pengaruh negatif akibat krisis global yang antara lain segera menutup kemungkinan buruk akibat permainan pemilik bank Century. Pemilik Bank Century, saya yakin  bahwa pemilik Bank Century sangat memahami posisi Indonesia tersebut, dengan memanfaatkan celah posisi Indonesia, penggembosan bank miliknya sendiri dapat saja dia lakukan, akibatnya kalah kliring, bank lain yang terkait dengan Bank Century akan berteriak dan teriakan itu dinilai sangat membahayakan stabilitas moneter Indonesia , lebih baik  membailout Bank Century dari pada rusak APBN. Sesungguhnya, bailout bank century adalah untuk mengamankan APBN. APBN katakanlah dapat diamankan dengan Bailout Bank Century untuk menutup pergolakan perbankan, sekarang situasi politik memanas lantaran alasan Bailout bank Century  dipersoalkan yang dapat menimbulkan gejolak moneter. Untuk menahan gejolak moneter, pemerintah harus memiliki cadangan devisa yang cukup untuk melakukan intervensi mata uang atau memainkan suku bunga yang dapat mempengaruhi perkembangan sektor riel di Indonesia yang imbasnya dapat mempengaruhi lapangan kerja. Berat nian tugas dan tanggung jawab Pak Boediono dan Sri Mulyani menghadapi situasi seperti ini, disatu sisi harus mengamankan APBN, disisi lain ditembaki terus. Mudah2an Pak Boediono dan Sri Mulyani diberi ketabahan. Menilai kinerja pemerintah tidak dapat dipisahkan dari hal yang diuraikan diatas, tanpa berpedoman pada dasar penilaian yang benar, penilaian akan menjadi pepesan kosong yang tidak ada argumentasinya. Ada baiknya, dalam melakukan kritik kinerja pemerintahan, mulailah dari realisasi APBN karena penilian keberhasilan akan dinilai dari penyerapan APBN tersebut, baru kita dapat melihat efektifitasnya departement per departemen, dari kesimpulan tersebut  baru dapat dilakukan penilaian.  Panjang dan njlimet ya......mbah  mumet, baca berita sepotong2 tambah mumet. Nbah ini siapa ya, koq bisa nulis seperti ini padahal cuma tukang bangunan..?  Mbah Joko Sembung, wong gemblung yang inget gemblungnya, kalau dikritik keluar gemblungnya, yang ngeritik mbah kemana ya...? Koq bersembunyi, mbah kan cuma menjawab kritikan, mbah gak marah, mbah  kan cuma ingin mengklarifikasi soal foto petinggi yang mbah bikin tertawa itu, mbah kan sudah tulis dibawahnya itu ilustrasi, ilustrasi tokoh negara yang sedang tertawa, koq dilarang ya....mbah kan buta hukum, tolong dijelaskan dong dimana pelanggarannya. Kalau Anggodo pakai seragam Kapolri seperti yang sering mbah lihat di Kompasiana, lebih bagus ya...?  Setahu mbah, kalau mbah bikin ilustrasi Nabi Muhamad, mbah langsung diborgol...hehehehehee. Damai ah...pissssss

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun