Tentang sebuah potongan rambut. Yang kukagumi sejak lampau hingga kini. Sejak kelereng menjadi makanan utama sehari-hari hingga masa dimana curhat kepada Tuhan bisa via jempol. Bagaimanapun itu terpangkas atau terusap.
Tentang bagaimana ia menjadi yang pertama kali berkelibat dengan warna hitamnya yang legam. Sedikit kacau tapi tetap tak mengurangi wibawa. Â Berjalan beriringan dengan angin pembawa kedamaian jiwa yang mengaguminya.Â
Tentang ia yang berkali-kali menghirup aroma emas. Tak terhitung pujian selalu ditujukan pada Empunya. Hampir tidak sekalipun membuat kecewa. Semakin menoreh apa yang ia geluti.Â
Tentang bagaimana ia tetap terlihat apik dengan berbagai gaya. Menjulang, terlentang, teracak. Karena ia menjadi mahkota Sang Empu yang tanpa cela. Begitulah adanya, karena apapun pasti akan bagus hanya dengan begitu saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H