(Rapat Banggar subsidi BBM tanggal 25 Maret 2012) Indonesia tampaknya harus mengambil ancang-ancang untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi gejolak ekonomi di dalam negeri. Hal ini tampak pada revisi besaran rata-rata asumsi makro perekonomian nasional yang mengemuka sebagai konsekuensi perubahan dalam APBN-P 2012 yang baru disepakati akhir bulan lalu di DPR. Mengutip pemberitaan yang diterbitkan melalui situs resmi Kementerian Keuangan, berikut ini adalah sejumlah perubahan prediksi dinamika kinerja ekonomi Nasional. Pada januari 2012 ditetapkan Asumsi Makro 2012, yaitu sebagai berikut: Produk Domestik Bruto (Triliun Rp) 8.119,8 Pertmbhn Ekonomi 6,7 %; Inflasi 5,30%; Kurs Rp 8.800,0 per dolar AS; SPN 3 bln 6,0%; Minyak Ind. 90,0 US$/brl; Lift. Mnyk 950,0 Jt.brl/hr. Dalam APBN-P 2012, asumsi dasar pertumbuhan ekonomi direvisi, dan kemudian ditetapkan pada angka 6,5 persen (dari sebelumnya 6,7% pada Januari 2012), sementara itu inflasi pada tingkat 6,8 persen (dari sebelumnya 5,30% pada Januari 2012). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar Rp9.000 per dolar AS (dari sebelumnya Rp 8.800,0 per dolar AS pada Januari 2012), di sisi lain suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,0 persen (dari sebelumnya 6,0% pada Januari 2012). Sedangkan rata-rata harga minyak mentah sebesar 105 dolar AS/barel (dari sebelumnya 90,0 US$/brl pada Januari 2012), dan lifting minyak ditetapkan sebesar 930.000 barel/hari (dari sebelumnya 950,0 Jt.brl/hr pada Januari). Revisi ini dapat dimaknai bahwa dinamika yang mungkin terjadi akan cukup signifikan memberikan tekanan dan mempengaruhi kinerja ekonomi domestik. Saya berharap sebaliknya. Referensi: http://www.depkeu.go.id/ind/Read/?type=ixNews&id=23058&thn=2012&name=br_300312_4.htm www.depkeu.go.id www.perpustakaan.depkeu.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H