Malam sudah larut, hujan lebat tak kunjung berhenti. Ramadhan (seorang Pustakawan) kelelahan mengerjakan tugas dan tidak bisa pulang karena menunggu hujan reda. Akhirnya dia memutuskan untuk menginap di perpustakaan tempatnya bekerja. Tak lupa dia mengunci pintu sebelum pergi tidur.
Ramadhan terbangun tengah malam, mencoba memastikan sumber suara keras dan derit pintu seperti dibuka paksa. Dalam kegelapan dia mengintip ke arah pintu masuk. Satu siluet bayangan seorang pria menyelinap masuk. Ramadhan pun segera menyelinap masuk ke dalam lemari buku Referensi di sebelahnya dan menguncinya dari dalam. "Belakangan ini pencuri dan perampok tidak ada bedanya, hobinya sama-sama memperkosa dan membunuh" begitu pikirnya.
Puas mengacak-acak meja sirkulasi (meja layanan pinjam buku) mencari uang denda keterlambatan pengembalian buku, si pencuri gagal mendapatkan rupiah sepeserpun. Setiap meja kerja dan setiap laci pun tak luput dari congkelan linggisnya. Senternya diarahkan ke lemari kaca (lemari koleksi Reference) yang paling bagus di sudut ruangan itu & tanpa pikir panjang, dicongkellah pintu lemari. Sulit terbuka karena dikunci dari dalam, berusaha terus dicongkelnya dengan sekuat tenaga. Brakkk...... akhirnya pintu lemari terbuka, pencuri itu mendapati Ramadhan (si Pustakawan) mendekam ketakutan di dalam lemari.
"Hei... apa yang kau lakukan di situ?" tanya si pencuri membentak & mengancam dengan linggis.
"Aku tidak memiliki serupiahpun untuk kau curi & tidak ada barang berharga di sini kecuali buku, oleh sebab itu aku malu kepadamu dan sembunyi di sini" jawab Ramadhan si Pustakawan saleh itu.
Pencuri itu berbalik dan lari ketakutan meninggalkan perpustakaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H