Tepat pukul 07.25 seorang pria setengah baya berkacamata berjalan di trotoar, membaca headline koran-koran yang dipajang berderet untuk dijual di trotoar, dan berhenti sejenak di depan perpustakaan tempat Syahrul bekerja sambil memandangi monas. Sejurus kemudian dia melanjutkan perjalanannya, dia adalah pria yang sama yang memandangi monas (Monumen Nasional) setiap hari pada jam yang sama dua tahun belakangan ini.
Penasaran dengan perilaku orang itu, Sayhrul berdiri mencegat di trotoar depan perpustakaan keesokan harinya. Tepat pukul 07.25 pria itu muncul dan berhenti di dekatnya sejenak memandangi monas. Syahrul mencoba bertanya "Selamat pagi Pak, saya tidak mengerti mengapa Anda memandangi monas setiap hari?" membuka pembicaraan.
"Saya hanya ingin memeriksa, apa yang terlihat di puncak menara itu. Saya ingin menjadi saksi sejarah." katanya. Syahrul tidak mengerti, sebagai saksi sejarah kemerdekaan RI atau apa "Saya masih belum mengerti, apa kaitan antara monas dan headline deretan koran-koran ini?" sahut Syahrul.
"Saya jamin, apa yang tergantung di puncak monas yang saya maksud, pastilah menjadi headline semua koran di negeri ini." jawab bapak tua itu berlalu.
Note: Usut punya usut, pria paruh baya itu adalah seorang aktivis anti korupsi.
www.perpustakaan.kemenkeu.go.id / www.perpustakaan.depkeu.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H