Mohon tunggu...
Perpustakaan Kementerian Keuangan
Perpustakaan Kementerian Keuangan Mohon Tunggu... -

"An investment in knowledge pays the best interest." -Benjamin Franklin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Baby Kayla....

26 April 2012   08:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335431228943485681

Kayla, balita cantik berumur 18 bulan itu kini berada dalam gendonganku. Kayla adalah anak dari seorang pegawai di kantor kami yang sering sekali diajak berkunjung ke Perpustakaan. Biasanya dia dibawa Bundanya saat jam istirahat kantor, dijemput dari tempat penitipan anak yang berada di gedung sebelah lalu diajak kemari karena kebetulan Bundanya itu sangat hobi membaca. Sambil disuapi makan siang oleh Bundanya, gadis mungil itu sering bermain-main diatas karpet di ruang baca.

“Kayla... Coba liat apa yang Om bawa..”, kataku kepada gadis kecil itu sambil mengambil sebuah puzzle yang aku peroleh sebagai bonus pembelian buku anak-anak minggu lalu.

Gadis kecil itu memang belum lancar berbicara, tetapi dia mengerti apa yang aku maksud. Dia lantas meraih buku itu dari tanganku, mencoba menggerak-gerakkannya, membolak-balikkannya, lantas mejatuhkan puzzle itu sehingga terurai semua. Aku tertawa melihat dia, sangat menggelikan sekali tingkah polah anak ini.

Aku menurunkannya dari gendonganku dan membiarkannya bermain-main dengan puzzle itu. Dia kumpulkan potongan-potongan kecil puzzle sambil sesekali melihatku. Lama sekali dia mengotak-atik mainan ini tapi mungkin dia tidak tahu apa maksud dari potongan-potongan kecil itu.

Aku duduk mendekatinya lalu mengambil potongan-potongan puzzle itu. Dia mengamatiku dengan seksama. Aku merangkai potongan-potongan puzzle itu sehingga terpasang kembali semuanya. Kayla nampak tersenyum melihatku. Dia mengambil puzzle tersebut lantas menjatuhkannya lagi. Berantakan lagi potongan-potongan itu. Dia menarik lenganku supaya meyusun kembali seperti tadi. Aku menuruti permintaannya, aku susun kembali rangkaian puzzle itu. Setelah tersusun semuanya dia kembali menjatuhkan puzzle itu, kali ini dia tertawa melihatku dan aku baru sadar kalau aku dikerjain Kayla.

Aku memeluknya lalu mencubit pipinya. Gadis itu nampak sangat puas tertawa.

Dunia anak memang dunia yang mengasyikkan. Ada banyak cerita disana. Cerita yang hanya bisa diketahui oleh seorang balita. Masa balita adalah masa penuh khayalan, tak heran jika ada cerita dunia khayalan yang begitu sangat digemari oleh balita. Masa kanak-kanak penuh dengan hal-hal yang menyenangkan, tanpa beban, lugu dan menggembirakan.

Ah, jadi pengin balik jadi anak kecil lagi. Dulu sewaktu aku masih seumuran Kayla ini Ibuku sering membawaku ke pasar. Ya sekedar membeli garam dapur atau gula untuk campuran teh buat Bapak. Ibuku sering berdongeng tentang “Kancil Nyolong Timun”, dan cerita itu diulang-ulang hingga aku hafal. Aku ingat kala itu aku merengek meminta dongeng yang lain tetapi tetap saja Ibuku bercerita tentang Kancil. Dunia masa kanak-kanak memang tak kan pernah terganti. Dan itu membuatku tiba-tiba rindu dengan Ibuku yang saat ini berada di kampung halaman.

Seketika itu juga aku lantas mengambil telpon kemudian berbincang dengan Ibuku disana.

Ya, setidaknya melalui telepon inilah aku selalu melepas kerindauanku dengan Ibuku, sekaligus aku bisa merasakan menjadi anak kecil lagi. Aku selalu merasa sebagai anak kecil dihadapan Ibuku. Ya karena sebagai anak kecil aku bisa bebas bermanja-manja, bebas mengaduh, bebas merengek tanpa dimarahi Ibuku.

Selamanya, aku adalah anak kecil dihadapan Ibuku.....

Salam asah, asih, asuh :)

Kayla

www.perpustakaan.depkeu.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun