Hari Kebangkitan Nasional merupakan salah satu hari penting dalam sejarah Indonesia. Saat itu, bangsa Indonesia mulai mengembangkan semangat nasionalisme dan mengutamakan pendidikan di antara pemuda-pemudinya. Ditetapkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 16 Desember 1959 melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 316 Tahun 1959, Hari Kebangkitan Nasional tercantum dalam peristiwa yang harus diingat dan dihayati maknanya sampai generasi saat ini. Disebut menjadi tonggak perkembangan kaum muda, bahkan Ir. Soekarno menjadi orang pertama yang merayakannya pada tanggal 20 Mei 1948 di Yogayakarta. Lalu, apa saja yang melandasi mengapa hari ini begitu layak dikenang? Siapa saja tokoh yang terlibat dalam momentum itu?
Mungkin organisasi pada masa kolonialisme sudah sering didengar, namun saat itu belum banyak pemuda Indonesia yang bergerak mengusung tentang betapa pentingnya pendidikan kepada seluruh kalangan, termasuk anak-anak yang tidak dapat bersekolah. Atas gagasan Wahidin Sudirohusodo, Boedi Oetomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Soetomo, Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) atau sekolah dokter untuk bumiputera yang sekarang telah menjadi fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Bertujuan untuk menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat, Boedi Oetomo menetapkan fokus pergerakan pada 3 bidang yaitu, pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Sebagai organisasi pelopor yang membangkitkan semangat pemuda indonesia dan mengubah metode perjuangan nasional yang semula hanya melalui perlawanan fisik, Boedi Oetomo sukses memasukkan cara diplomasi dan merombak sifat kedaerahan yang kental menjadi nasional. Hal inilah yang memicu lahirnya organisasi-organisasi pergerakkan lainnya yang menggebrak kemajuan pendidikan di Indonesia secara bertahap.
Momen hari kebangkitan nasional harus menjadi bahan renungan bagi generasi muda saat ini, karena yang dimaksud bangkit di sini adalah mencapai semua aspek kehidupan baik dari sisi pendidikan, ekonomi, mental, sosial, dan budaya serta banyak hal lainnya yang mendukung untuk terwujudnya kemajuan bangsa. Kita harus mempertahankan, memperbaiki, dan meneruskan prestasi yang telah ada sebelumnya demi menyongsong masa depan negara yang lebih baik lagi.
Mengingat betapa sulitnya menerima pendidikan pada masa kolonialisme, sudah sepatutnya kita yang telah merdeka mendapatkan lecutan semangat dari generasi terdahulu untuk meningkatkan antusiasme kita dalam belajar. Pada masa reformasi ini, pemerintah memberikan kesempatan untuk anak-anak muda di Indonesia untuk belajar, bahkan ke golongan yang tidak mampu. Banyak sekolah sudah menerapkan metode pembelajaran yang beragam dan menyediakan para pengajar berkualitas. Apalagi di era pasca pandemi ini, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring mendukung sebagian besar baik pelajar maupun pengajar mengenal teknologi informasi dan komunikasi dengan pesat. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk menegakkan rasa malas dalam proses mengejar cita-cita sekarang. Sebagai penerus bangsa, kita harus bangkit melanjutkan semangat perjuangan yang telah ditanamkan oleh para penggerak kebangkitan nasional demi terciptanya sebuah kemerdekaan bangsa Indonesia yang hakiki, adil, makmur dan sentosa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H