Dalam pandangan sejarah ketika mendengar frasa kebangkitan nasional tentu akan teringat di benak kita yaitu perjuangan “Boedhi Oetomo” yang pada saat itu menjadi tonggak munculnya Kebangkitan Nasional dari yang sebelumnya perjuangan bersifat kedaerahan (etnosentrisme) menjadi semangat bersama untuk bersatu dengan paham Nasionalisme, tetapi yang menjadi persoalan saat ini adalah apakah generasi milenial dapat memahami hal tersebut? Dan apakah Nasionalisme ini masih relevan dengan digaungkannya paham-paham liberal yang lebih mengutamakan eksistensi daripada individual manusia itu sendiri? Mari kita bahas.
Alasan 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional?
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa setiap tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang bermula pada masa pendirian organisasi pergerakan “Boedhi Oetomo”. Sekilas tentang “Boedhi Oetomo” adalah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan para mahasiswa Stovia yaitu Goenawan Mangoenkoesomo dan Soeraji atas dasar gagasan dari Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Ditetapkannya tanggal ini karena “Boedhi Oetomo” dianggap sebagai organisasi pelopor bagi organisasi kebangsaan lainnya. Namun dalam catatan sejarah diketahui bahwasannya penetapan ini telah dilakukan oleh Bung Karno dikarenakan gesekan yang sempat terjadi tahun 1948 (situasi poltik saat itu) dengan harapan partai politik yang sedang berkonflik dan rakyat Indonesia, melalui momentum ini dapat menyatukan kekuatan untuk melawan Belanda.
Bagaimana Bisa “Boedhi Oetomo” dianggap sebagai Pelopor Pergerakan Nasional?
Pegerakan Nasional adalah istilah yang dipakai untuk menyebut bahwa pada masa 1908-1945 menuju Indonesia Merdeka. Masa itu dikategorikan sebagai pergerakan nasional karena pada tahun 1908 merupakan awal dari pergerakan tersebut. Pada masa itu perjuangan rakyat telah dapat dikatakan bervisi nasional seperti dijelaskan dalam buku Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (2015) karya Ahmadin.
Sama halnya dengan Dalam buku Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan (2004) karya Sudiyo, pergerakan nasional adalah menunjukkan sifat yang lebih aktif dan penuh menanggung risiko dalam perjuangan.
Apa pentingnya Nasionalisme di era millennial ?
Pada era sekarang marak kita temui berbagai paham yang bersingungngan dengan nasionalisme yang dibuat oleh para Founding Fathers kita. Dapat kita lihat bahwa seorang Soekarno yang mengutip dari kata-kata Mahatma Gandhi “My Nationalism is Humanity” yang artinya nasionalisme ku adalah peri kemanusiaan.
Bisa dilihat dengan jelas bahwa tujuan dari nasionalisme adalah kemanusiaan dikarenakan jika ditelaah lebih dalam ini sesuai dengan kultur-sosial bangsa ini yang bersifat Bhineka sehingga dibutuhkan suatu rasa kemanusiaan untuk mencapai tahap dimana semua rakyat dapat saling terkait dan bergotong-royong dengan baik sesuai dengan porsinya untuk saling melengkapi.
Kembali ke awal pernyataan terkait munculnya paham yang menyimpang adalah menuju arah pergerakan yang meskipun mengatakan bervisi nasioanl akan tetapi sebenarnya bervisi kelompok dapat dikatakan sebagai chauvinism dalam versi kecil.