Lama tak menemuimu.
Lama pula tak menangkap sinarnya kunang-
kunang di tepian hujan.
Engkau tampak murung bermuka kelabu.
Engkaupun terlihat risau di balik awan.
Kapan kita lepaskan jangkar di gemburan
tanah yang pagi dulu diinjak-injak masa lalu?
Sudah siapkah melajunya meski laut surut
begini?
Meski sileut senja membiar seperti biasa.
Bantalku lebih mapan membias impian.
Tak perlu tangguh, jika menyapumu tak bisa
terbang.
Dasterku lebih ramah membingkai tubuh.
Apa yang hijau perlu, jika dedaunan jadi
menguning?
Kakiku pun lebih kokoh berdiri disamping
berita duka.
Lama akhirnya menemuimu.
Dalam kurun waktu yang tak tentu.
Tak lagi seperti laki-lakian.
Namun sudah dipanggil perempuan.
...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H