Sontak sepenggal dunia membelanjakan imannya
Untuk sebuah terong: Penganutnya berkomat-kamit membisikkan nyalinya
Untuk memasuki gua yang pertama di malam purnama.
Dan gua-gua lainnya di masa yang hampir sama.Â
Sang empu dukun ahli terong menjilat minyak
Mengelus buah terong umatnya,
Mendandaninya supaya lebih kuat
Memujanya bagai dewa Â
Memberinya sesaji dan suplemen makan-makanan
Membesarkannya, merawatnya, memijitnyaÂ
"Mengapa kau menundukkan kepala?" tanya umat yang tidak bertaqwa :
"Karena aku memuja terongku
Dan darinya aku menuju surga"Â
Agama terong lelah berkusyukan malam hari,
Meringsek sepanjang dua insan bisa sibuk bersahutan di arah temaram. Â
Karena sabda pemuka :
Karena sungguh, perawan di muka ini begitu banyaknya
wira-wiri menarik ulur permen karet di liang lidahnya
Menggoda nyawa ular hinggap di langit-langit kepalaÂ
Syahdan, gaji pertama pun tertukar air suci pengguyur dahaga hati. : demi terongisme.
Yang gemar berdiri di gelap hari.
Yang membelalak bila kain beralih mini.Â
/2010Â
Judul ini dibuat karena prihatin berita ttg beberapa aliran sesat yang berkembang saat itu...semoga umatNya yang lain tetap menjaga keyakinannya. Amin.Tayang sebelumnya di situseni.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI