Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dulu, Anak Laki-laki Sering Dicekoki Gambar 'Wanita Seksi'

3 Januari 2014   15:56 Diperbarui: 26 Februari 2016   16:09 15414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masanya, mesin video game dingdong arcade (saya singkat dingdong saja seterusnya) begitu populernya. Sampai-sampai ada pelarangan jam buka kios dingdong di jam-jam sekolah karena dikhawatirkan akan mengganggu pelajaran siswa sekolah. Saya tidak menyebut siswa-siswi karena mayoritas penggemar game dingdong yang menggunakan koin ini hanya cowok; sepertiga diantaranya adalah anak seusia sekolah tingkat dasar. Kalaupun ada cewek, bisa dihitunglah dengan jari sebelah tangan per seribu kunjungan. Ya iyalah, cewek normalnya akan berpikir dua kali masuk ke tempat yang dikerumuni banyak cowok (selain hobi mereka bukan pada permainan itu pada umumnya). Para cowok ini  memenuhi bioskop-bioskop 'kelas melati' pada waktu itu (umumnya gerai dingdong menyatu dengan gedung bioskop) dan kios-kios dingdong yang lain—semisal di mall, pasar dan lainnya.

Mengapa mesin dingdong begitu populer? Jawabnya yang paling mungkin adalah karena murahnya. Bahkan setelah hadirnya playstation generasi pertama, kios dingdong ini masih tak kalah ramai. Dengan bermodal uang logam tipis seratus rupiahan, cowok yang ahli bisa bermain berjam-jam hanya dengan modal beberapa keping. Bandingkan dengan bermain playstation yang dibandrol beberapa ribu perjamnya. Mereka saling menantang untuk bermain Street Fighter, Samurai Shodown, Mortal Kombat, Art of Fighting, Garou Densetsu (Fatal Fury), King of Fighters dan banyak judul lain. Dari beberapa judul game sukses ini akhirnya ada yang diangkat pula ke layar lebar. Suatu kebanggaan pula bila kemudian mereka menontonnya filmnya dan memamerkannya! Saat ini mesin dingdong tidak begitu populer karena telah ada banyak hiburan dan video game yang lebih canggih dengan kualitas grafis dan gameplay yang lebih baik. Bahkan sewaktu berselancar di internet pertengahan dasawarsa lalu saya menemukan pemutar game mesin dingdong yang dapat dimainkan di komputer (emulator) dan yang saya tahu, pernah diulas juga di beberapa artikel Kompasiana.

Mungkin juga hal ini adalah faktor yang turut mengurangi permintaan main game dingdong di kios-kios... meski agak minus keasyikannya karena entah siapa lawannya... Dan kebanyakan judul yang saya ulas berikut ini dapat dimainkan di mesin emulator itu. Selain judul-judul yang imut seperti Thumblepop dan Snow Bros, ternyata ada pula judul-judul game yang membuat cowok-cowok ini berdesir saat awal-awal melihatnya. Meski akhirnya terbiasa pula mereka melihatnya karena sering bermain di tempat itu (menurut pengakuan penjaga area tersebut—yang biasanya juga bertugas untuk penukaran uang koin). Bila gambar-gambar XXX dalam film bisa dengan mudahnya dipotong oleh badan sensor film, saya tak tahu otoritas berwenang yang memantau pergerakan mesin dingdong ini.

Karena game ini sejatinya adalah software, yang bisa dan punya hak edit mungkin hanyalah developernya. Suatu software yang beredar tentunya adalah versi matang yang telah ter-compile untuk dapat langsung dimainkan tanpa kita harus ribet dengan struktur dan alur algoritmanya. Dan bila ada otoritasnya, saya yakin ada beberapa judul-judul yang seharusnya tidak beredar di Indonesia, karena area penggunaannya yang tidak sesuai (kalau pada film DVD mirip dengan istilah region). Beberapa kali penulis menjumpai game dingdong dengan info keterangan bahwa game tersebut hanya diedarkan di lain tempat (misal Amerika Utara, Eropa atau daerah lain) beberapa diantaranya hadir dengan teks mandarin/kana Jepang tapi nyatanya beredar juga di Indonesia. Kisaran waktu dan tempat saat penulis memainkan beberapa judul yang ketahuan heboh ini adalah pada saat bioskop 'kelas melati' masih banyak eksis di Indonesia (5-10 tahun lalu).

 

Apa saja judul game heboh itu?

1. Gals Panic Kalau ada otoritas yang berwenang, saya yakin bahwa judul satu ini tak boleh beredar di Indonesia. Seri berapapun. Karena ini adalah murni permainan membuka area tertutup yang berisi siluet wanita dalam posisi tertentu dengan rintangan-rintangan berupa robot naga, laba-laba kartun dan lainnya beserta pernak-perniknya. Bila area yang dibuka mencapai 80% atau lebih, tunggu saja adegan berikutnya yang akan memaparkan gambar wanita aduhai (telanjang). Pada seri kedua dan seterusnya, wanita aduhai yang benar-benar telanjang akan ditampilkan bila area yang dibuka mencapai 91% atau lebih. Game ini rasanya hadir di hampir setiap kios dingdong yang menyatu dengan bioskop.

 

1388736593991340687
1388736593991340687
 

2. Photo Y2K Permainan ini adalah permainan yang mencari 5 perbedaan diantara 2 foto yang mirip. Pada awalnya, tak ada yang aneh dan menunjukkan adanya gambar XXX. Gambar maksimalnya mungkin hanya wanita berbikini. Tapi, entah bagaimana  awalnya. Kejadiannya bermula saat iseng bermain di salah satu gedung bioskop di kawasan Rungkut, Surabaya. Secara tak sengaja, saya membuka bonus yang membuka level berikutnya. Level yang sungguh berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya yang imut-imut dan tergolong biasa. Ya apalagi kalau bukan gambar wanita 'syur' gitu deh. Mirip dengan 'Easter Egg' yang dibuat oleh programmer. Karena tersembunyi dan tak tersangka sebelumnya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun