Beritahu Aku Cinta Sesungguhnya
“Hei! Hei! Apa yang akan terjadi bila kau tak memakai kacamata?” Aubrey merasa senang, ia melihat Perlita yang hanya terdiam semenjak tadi, terduduk sembari menutup kedua matanya dengan. Aubrey yang merasa sangat senang mencoba memaksa Perlita membuka kedua telapak tangannya dengan tangan besar Aubrey, namun semua terasa sulit.
“Hey! Buka tanganmu, aku ingin melihat matamu, apa kau memiliki mata yang juring saat kubuka kacamatamu?” Paksa Aubrey ia kini berhasil menyingkirkan kedua tangan Perlita, namun tatapan matanya masih tak terlihat karena tertutup oleh poni rambut Perlita.
“JANGAN TATAP AKU!! KUMOHON AKU TAKUT!!!” Teriak Perlita sembari terus menunduk. Aubrey yang mendengat ucapan tersebut sedikit menjauh,
“Wahahahahhahaha… Kau bodoh! Kau lembek, tak kusangka kau ternyata begitu lemah! Hahahahaha…” Aubrey segera pergi sembari terus tertawa, terhenti di pintu gudang tua, “Lain kali bila kau memaksaku, akan kulepas kacamatamu…” Aubrey pergi sembari meletakan kacamata Perlita dibawah.
Perlita hanya terdiam, ia begitu ketakutan entah apa yang terjadi sebenarnya mengapa dia begitu takut untuk dilihat tanpa kacamata. Tak ada yang mengetahui semua itu terkecuali Perlita seorang. Ia hanya terus terdiam tanpa bisa melakukan apa-apa, perlahan ia mulai melangkah mengambil kacamatanya putihnya.
Suasana di sekolah sudah mulai ramai tak ada pelajaran saat ini, karena hari ini adalah hari yang spesial untuk SMA tersebut, rapat yang dilakukan guru-guru tidak lain untuk menyambut hari ulang tahun sekolah internasional itu. Dalam setiap langkah menuju kelorong-lorong sekolah Aubrey merasa senang bisa kembali kedalam kehidupannya yang penuh dengan sandiwara senyuman, dan berbuat baik kepada siapapun, dipuja puji layaknya orang terhormat. Ia melangkah menelusuri setiap lorong sekolah, ia harus segera mempersiapkan sesuatu saat ini. Kemarin dia mendapatkan tugas dari pihak sekolah untuk mengisi pembicaraan upacara sebagai ketua osis. Satu jam lagi dia harus mulai kegiatan tersebut.
“Perlita, apa yang terjadi denganmu? Kau dimana sekarang!!!” Ucap Devin dalam hati, ia hanya terduduk seorang diri di dalam kelas sembari mengetik sms untuk Perlita, beberapa kali panggilan diabaikan, dan smsnya belum ada yang dibalas sedikitpun. Upacara saat ini sangat penting, tidak boleh ada seorang murid yang tidak ikut upacara. Bila sampai Perlita telat bisa-bisa ia mendapatkan hukuman yang berat.
“Sial-sial!!! Apa yang sebenarnya terjadi?!?! Apa dia dikeroyok oleh anak-anak perempuan hingga babak belur?” Devin terus berfikiran negative karena sedari tadi di dalam kelas ia hanya mendengar tentang orang-orang yang membicarakan Perlita tentang, paksaan ciuman Perlita terhadap Aubrey, yang membuat semua orang gerah mendengarnya. Devin hanya bisa terdiam mendengar sepupunya dihina dari belakang, karena Devin sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Perlita.
Tak berapalama setelah kehawatiran Devin memuncak ponselnya mulai berbunyi, Devin yang merasa khawatir akan keadaan Perlita segera membuka handphonenya, “Bagus ini Perlita!”
“Aku sedang perjalanan menuju kelas, tunggu aku di lorong dekat kamar mandi wanita.”