Mohon tunggu...
Kemarau Basah
Kemarau Basah Mohon Tunggu... -

http://kemaraubasah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Televisi Pendukung Jokowi Tidak Mau Menyebut Nama Koalisi Pendukung Prabowo

7 Oktober 2014   07:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:05 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"It's all storytelling, you know. That's what journalism is all about." —Tom Brokaw

"Sementara tidak usah menonton berita TV daripada memaki-maki." —seorang kawan lama

Tom Brokaw adalah seorang jurnalis TV NBC dan juga penulis. Sedangkan, seorang kawan lama adalah teman kuliah penulis yang bekerja di stasiun TV pendukung Jokowi.

Lupakan kutipan pertama sebab ia sederhana dan dapat mudah dimengerti—atau jika terlalu luas maknanya dan perlu pembahasan panjang, makin lebih baik untuk dilupakan sementara. Kutipan kedua lebih menarik. Penulis maklum jika kawan ini mengarahkan status Fb-nya itu kepada berita TV seperti ditangkapnya seorang gubernur oleh KPK, kericuhan DPR, Walkout-nya fraksi Demokrat, kemenangan Pilkada tidak langsung, kemenangan koalisi pendukung Prabowo, kericuhan FPI, Perebutan pimpinan MPR dan lain sebagainya. Dia boleh jadi telah memaki-maki berita di TV pendukung Prabowo. Sulit bagi penulis membayangkan dirinya sebagai pendukung Jokowi dan TV pendukung Jokowi, memaki-maki diri sendiri, atau setidaknya bergumam dalam hati, "Oh God, No, look what I have done!"

Penulis tak berkomentar pada statusnya. Sama seperti terhadap status-status akun Fb lainnya yang politis dan ironis. Misalnya, satu saat memuji Ahok yang marah-marah, pada saat lain memaki-maki Prabowo yang marah. Atau seperti pengamat politik yang galau karena sebuah kekuatan politik—yang terdiri dari koalisi sejumlah parpol—menyapu bersih kepemimpinan di parlemen. Ironis karena sebagai pengamat politik sudah pasti memahami sekali apa itu politik. Membingungkan jika sila keempat Pancasila itu dicuil-cuil, satu saat memodernisasi istilah "perwakilan" saat lain menostalgiakan "permusyawaratan." "Bullshit!" —penulis mengutip kata-kata J.E. Sahetapy, seorang guru besar ilmu Hukum di sebuah acara televisi pendukung Prabowo.

Apa sulitnya bagi seorang jurnalis bertutur dengan mengatakan Koalisi Merah Putih? Semudah mengklik "like" di status Fb. Kecuali di hati memang marah dan galau. Bukankah lebih enak bagi seorang jurnalis menjadi seorang pencerita daripada menjadi alat propaganda politik yang ingin memaki-maki?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun