Hampir semua dari kita mengenal yang namanya 'Google Maps,' kan? Aplikasi penunjuk arah atau jalan yang biasanya digunakan oleh driver/sopir untuk mengarahkannya ke tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Aplikasi ini hampir dimiliki di semua smartphone masa kini dan dapat digunakan secara praktis. Tentunya sangat berguna bagi para pengendara sehingga tidak perlu lagi membuang waktu untuk berputar-putar tanpa arah yang jelas.
Namun, sadarkah kita bahwa semua kemudahan dari Google Maps hanya dapat kita rasakan jika kita memiliki aplikasi tersebut dan mampu memahaminya? Jika kita tidak memiliki aplikasi tersebut, tentu saja kita tidak dapat menggunakan fiturnya. Tapi, jika sudah punya pun, kita tetap tidak akan merasakan manfaat Google Maps jika kita tidak mampu memahaminya. Memang, tidak semua orang mampu membaca peta di Google Maps. Alhasil, Google Maps tidak terlalu membantu orang tersebut untuk mencapai tujuan dan justru membuatnya bingung.
Apa pelajaran yang dapat kita ambil? Pelajarannya adalah para pengendara tidak harus menghafal setiap tempat/jalan yang ia lalui karena bagaimana pun, pengendara bukan pemilik jalan yang ia lalui, melainkan hanya lalu lalang saja. Dalam melalui jalannya tersebut, para pengendara memerlukan pedoman/penunjuk arah untuk mencapai tujuannya, seperti Google Maps. Namun, Google Maps baru dapat berguna ketika pengendara mau mengakses dan memahami aplikasi tersebut. Sama seperti kita, manusia yang hanya numpang lalu lalang di bumi Allah.
Kita memerlukan pedoman untuk menunjukkan arah ke tujuan kita, yakni Surga. Pedoman arah yang dimaksud adalah Kitabullah, Al-Quran. Al-Quran mudah kita dapatkan, mushaf dijual di mana-mana. Aplikasi Quran ada di Apps Store atau Google Play, tinggal install. Namun, maukah kita mengaksesnya? Maukah kita membacanya? Atau hanya jadi pajangan di rak? Kalau kita sudah akses, pahamkah kita akan isinya? Karena tidak akan berguna pedoman itu jika kita tidak memahami isinya.
Bagaimana kita bisa memahami isinya? Bacalah Al-Quran bersama artinya. Ini persoalan teknis, yakni perbedaan bahasa. Tidak semua orang lulusan pondok yang digembleng untuk bisa Bahasa Arab dan mampu baca kitab kuning. Maka, perlu bagi kita yang awam, untuk membaca Al-Quran bersamaan dengan artinya. Setidaknya, dengan membaca artinya, kita paham bahwa bukan hanya pahala yang kita dapat saat membacanya, tapi juga ada ilmu yang disampaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H