Teringat betul dalam benak saya tentang bagaimana gegap gempitanya para penonton saat menyaksikan pertandingan final piala AFF U-19 antara Indonesia VS Vietnam di Gelora Delta Sidoarjo. Kebetulan saya juga merupakan salah satu dari puluhan ribu penonton yang menyaksikan langsung pertandingan tersebut.Â
Sesaat setelah Ilham Udin armaiyn berhasil menjebloskan bola dari titik penalti, gelombang manusia tak berhentinya bergemuruh hingga pemain terakhir keluar dari lapangan setelah mengangkat piala juara. Dan saya pun berkelakar dalam diri saya bahwa inilah generasi yang akan membawa garuda terbang tinggi hingga ke Piala Dunia
Harapan besar pun dibebankan kepada Evan Dimas cs kala itu. Namun, nahas nasib harapan bangsa itu kini. Di tengah-tengah keringnya trofi kejuraaan sepak bola, dugaan kasus pengaturan skor yang melanda persepakbolaan Indonesia saat ini menambah luka yang diderita Timnas Indonesia.Â
Generasi emas U-19 piala AFF 2013 akhirnya ikut terjerumus kedalam busuknya kepengurusan persepakbolaan tanah air. Nama-nama tenar lima tahun silam pun bak hilang ditelan bumi.Â
Yang tersisa gaungnya mungkin hanya berberapa dari 23 pemain tersebut. Bahkan berberapa waktu lalu sempat ada dua pemain dari generasi emas tersebut bermasalah dengan PSSI hanya karena ingin merumput di luar negeri.
Sangat kontras jika dibandingkan dengan Vietnam saat ini yang notabenenya hanyalah "Runner-up" piala AFF U-19. Evaluasi besar-besaran dilakukan oleh generasi "Runner-up" Vietnam U-19 Â semenjak kekalahan pahit dari Indonesia itu.Â
Proses pembinaan pemain pasca berakhirnya kejuaraan dinilai sebagai modal penting Vietnam bisa seperti saat ini, regenerasi pemain diatur sedekimian rupa serta kepengurusan persepakbolaan yang bebas dari antek-antek mafia juga mendorong terciptanya iklim persepakbolaan yang baik. Itu terbukti dengan adanya kerja sama dengan Arsenal dan membangun akademi bernama HAGL-Arsenal JMG.Â
Bahkan salah satu bintang timnas Vietnam U-19 kala itu Nguyen Cong Phuong diterbangkan oleh federasi sepakbola Vietnam untuk berlatih dan menimba ilmu bersama para pemain Arsenal U-17 dan dipantau langsung oleh arsitek Arsenal waktu itu Arsene Wenger.
Ledakan Timnas Vietnam
Awal tahun baru 2018 silam, Timnas Vietnam U-23 membuat heboh dunia bola se-Asia melalui keberhasilannya menembus final Piala AFC U-23 2018.Â
Padahal lawan-lawan yang mereka hadapi hingga sampai ke final bukanlah lawan yang "sepadan" buat mereka secara historis pertemuan. Lihat saja timnas Australia, Irak, Qatar mereka pulangkan ke negara masing-masing.Â
Spirit muda Vietnam memang yang terbaik di antara kontestan tim-tim negara lain. Dengan rata-rata usia 20,3 tahun mereka mampu membuktikan kekuatan pemain muda kepada publik.Â
Kemudian pertengahan 2018 di dalam rangkaian acara Asian Games Timnas U-23 mereka mampu menembus babak semifinal dan juga menorehkan sejarah sebagai generasi pertama yang mampu menembus semifinal Asian Games sepanjang sejarah.Â
Belum lagi, kesuksesan mereka menjuarai piala AFF 2018 pada bulan Desember lalu dengan rekor tanpa terkalahkan sekalipun !Â
Dan yang terakhir pada bulan lalu mereka "lagi-lagi" membuat kejuatan dengan lolos hingga babak perempat final piala Asia. Walapun akhirnya terhenti oleh Jepang. Namun, capaian tersebut sangatlah superior dibandingkan dengan sejarah masa lalu persepakbolaan Vietnam.
Hal yang patut digarisbawahi adalah rata-rata dari para pemain Vietnam tersebut adalah alumnus generasi "Runner-up" piala AFF U-19 lima tahun lalu !. Ini sangat disayangkan karena kita yang merupakan "Sang juara" tidak dapat berbuat banyak setelahnya. Nguyen Chong Phuong cs telah berhasil membuktikan kepada Evan Dimas cs atas prestasi demi prestasi yang dicapainya setelah kejadian final AFF lalu.
Sudah saatnya kita mengikuti jejak Vietnam dalam mengelola persepakbolaanya. Tidak ada lagi intrik politik dalam setiap pengambilan kebijakannya, pengelolaan yang professional oleh perusahaan SWASTAÂ terhadap jalannya liga lokal Vietnam (V-League). Suasana kompetitif akhirnya tercipta melalui skema-skema di atas.Â
Padahal, dulunya Vietnam juga mengalami hal yang sekarang dialami oleh Indonesia saat ini. Mulai dari pengaturan skor, masuknya politik dalam persepakbolaan, kematian supporter sepakbola hingga bobroknya orang-orang di dalam federasi mereka. Mereka berbenah hingga menjadi seperti saat ini. Kita kapan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H