Mohon tunggu...
Kelvin Novandi
Kelvin Novandi Mohon Tunggu... Freelancer - Still Learn :)

Enjoy your day, you don't get another one.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Literasi Media Digital: Menghadapi Kampanye Hitam Pada Masa Pemilihan Presiden 2024

18 Februari 2024   16:11 Diperbarui: 18 Februari 2024   16:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Unsplash/GR Stocks

Nama : Kelvin Novandi

Mahasiswa Universitas Siber Asia Prodi Ilmu Komunikasi

Dalam peradaban digital yang semakin terhubung, dinamika kampanye politik, terutama dalam konteks pemilihan presiden, telah mengalami pergeseran signifikan. Media sosial menjadi salah satu alat utama di mana para kandidat dan pendukungnya berinteraksi, menyebarkan pesan, dan memengaruhi opini publik. Namun, di tengah keramaian platform-platform ini, fenomena kampanye hitam menyorot pentingnya literasi media digital sebagai perisai yang efektif terhadap manipulasi informasi dan serangan pribadi yang merugikan.

Dalam mengamati fenomena kampanye pilpres di media sosial, kita dapat memperhatikan peran yang sangat dominan dari platform Twitter. Di sini, politisi dan pendukungnya secara aktif berpartisipasi dalam diskusi politik, mempromosikan visi dan misi kandidat, serta memobilisasi massa. Namun, sisi gelap dari aktivitas ini terungkap dalam bentuk penyebaran hoaks, serangan karakter, dan propaganda yang tidak bertanggung jawab, menyiratkan perlunya pemahaman yang mendalam tentang literasi media digital.

Meskipun media sosial menawarkan akses yang luas kepada informasi politik dan kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam proses politik, kekurangan signifikan juga terungkap. Penyebaran hoaks, manipulasi informasi, dan serangan pribadi yang tidak beralasan menjadi ancaman serius terhadap integritas demokrasi. Dalam menghadapi realitas ini, literasi media digital menjadi kunci untuk membekali masyarakat dengan kemampuan untuk memilah informasi yang benar dari yang salah, serta mengembangkan sikap kritis terhadap konten yang mereka konsumsi.

Selama kampanye pilpres di media sosial, kita juga dihadapkan pada tantangan etika yang kompleks. Penyebaran hoaks dan serangan personal terhadap lawan politik mencoreng martabat proses demokrasi dan mengaburkan visibilitas fakta yang sebenarnya. Dalam menghadapi tantangan ini, literasi media digital dapat berperan sebagai panduan moral, mengajarkan masyarakat untuk bertindak dengan integritas dan empati dalam berinteraksi online, serta mengenali bahaya dari penyebaran informasi yang tidak benar.

Dalam menghadapi tantangan kampanye hitam pada masa pemilihan presiden 2024, kesadaran akan literasi media digital menjadi esensial. Tidak hanya menjadi instrumen untuk melawan disinformasi dan manipulasi, tetapi juga sebagai fondasi bagi partisipasi yang berpikiran kritis dalam proses politik. Oleh karena itu, inisiatif pendidikan yang luas dan berkelanjutan tentang literasi media digital menjadi penting untuk memastikan keberhasilan demokrasi yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam era kampanye politik yang semakin terdigitalisasi, media sosial menjadi panggung utama di mana kampanye pilpres berlangsung. Namun, dengan kehadiran fenomena kampanye hitam yang merugikan, seperti penyebaran hoaks dan serangan personal, literasi media digital menjadi kunci untuk melindungi integritas demokrasi. Analisis konten media sosial menunjukkan bahwa platform seperti Twitter rentan terhadap penyebaran hoaks dan disinformasi, yang menyoroti perlunya keterampilan dalam memverifikasi kebenaran informasi.

Kritik terhadap peran media sosial menggarisbawahi urgensi literasi media digital dalam membekali masyarakat dengan kemampuan untuk memilah informasi yang benar dari yang salah, serta mengembangkan sikap kritis terhadap konten yang mereka konsumsi. Tantangan etika yang muncul dalam kampanye digital menekankan pentingnya memperkuat nilai-nilai etika dan moral dalam interaksi online. Oleh karena itu, upaya kolaboratif dalam meningkatkan literasi media digital menjadi esensial untuk melindungi integritas demokrasi, memastikan partisipasi yang berpikiran kritis, dan membangun fondasi yang kuat untuk masa depan politik yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun