Mohon tunggu...
Rana Balc (Keluargapanda)
Rana Balc (Keluargapanda) Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger pengembara

Blogger pengembara di bumi Anatolia sejak 2011 Ä°nstagram: keluargapanda17

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perjuangan untuk Mandi

25 Oktober 2014   01:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Mudik  dua minggu yang lalu ke rumah Mertua masih meninggalkan cerita)

Urusan Mandi.

Saya selalu berusaha minimal satu atau dua hari sekali  mandi, Dinegara empat musim urusan Mandi memang tidak bisa se rutin di Tanah air yang ber iklim tropis dan lembab sehingga kita mudah berkeringat dan mandi tiap hari. Disini Mungkin hanya musim panas saja orang rajin mandi. Apalagi sekarang masuk musim gugur dimana udara cukup dingin di pagi hari dan menjelang sore,…Brrrhhhh.

[caption id="attachment_331008" align="aligncenter" width="300" caption="soba penghangat ruangan dı kala musım dıngın "][/caption]

Di rumah Babaanne (panggilan untuk nenek dari pihak baba)- nya kebetulan masih menggunakan heater manual untuk menghangatkan air, Kebayang dong gimana perjuangannya demi untuk mandi saja saja, Saya harus menyalakan kayu bakar di tungku nya, Selesai sarapan bersama, Saya menuju gudang penyimpanan kayu bakar di samping rumah mertua, Mengangkutnya memakai ember plastik  kecil bekas tempat yoghurt. Kayu bakar dan beberapa kain bekas untuk menyalakan api, Karena tidak ada minyak tanah sebagai penggantinya saya pake kolonyet yang biasa dipake sebagai pembersih tangan, Kebetulan hari raya dan pastinya hampir semua rumah rumah keluarga di Turki memiliki stok kolonyet, Kolonyet ini di gunakan ketika menyambut tamu hari raya, Sebelum di bagikan permen atau coklat coklat kecil dari wadah toples biasanya sang tuan rumah akan menuangkan kolonyet ke setiap tamu yang datang ke rumah.

[caption id="attachment_331009" align="aligncenter" width="300" caption="tungku pemanas aır hangat dı kamar mandı"]

[/caption]

Dengan bantuan kolonyet itulah akhirnya api di tungku menyala sempurna, Butuh waktu satu sampai dua jam sampai air benar benar panas di tabung nya dan saya bisa menggunakan untuk mandi, Sesekali bisa saya tinggal tungkunya dan di sambi mengerjakan pekerjaan rumah, Lalu balik lagi ke kamar mandi untuk menambah kayu bakarnya,

Desa tempat tinggal ke dua mertua saya letaknya  di daerah pergunungan di Turki tengah, Jika musim dingin suhunya lumayan dingin dibanding tempat saya tinggal sekarang Istanbul, Kran air membeku itu sudah jadi pemandangan biasa di musim dingin. Dan entah kenapa di musim panas pun air kran yang mengalir tetap berasa dingin sehingga  tabung pemanas air ini tetap harus dinyalakan jika ingin mandi. Musim panas mandi tetap air panas.

Mungkin banyak yang bertanya tanya kenapa mereka tidak mau memasang pemanas air tenaga surya di atap rumahnya seperti sebagian tetangga mereka di desa? karena  mereka berdua tidak mau menggunakannya, Hehe entah kenapa. Jangankan panel tenaga surya. Punya oven listrik pun di dapur mereka tidak pernah menggunakannya. Urusan memanggang roti rotian atau apapun mereka lebih suka menggunakan soba*

Sebenarnya di desa mertua ada mata air   yang mengalir terus darı sumber mata air dipegunungan dan juga ada Sungai kecil yang indah. Tapi kebanyakan warga nya hanya memanfaatkan untuk hewan ternak nya  dan memasukannya ke dalam  botol- botol besar untuk persediaan air minum di rumah. Airnya bısa diminum langsung, Segar. Tapi jarang yang memakainya untuk mandi langsung di sungai kecilnya.

Seminggu di rumah mertua cukuplah untuk merasakan kehidupan sehari hari mereka,  Untuk mandi saja butuh perjuangan memanaskan air terlebıh dahulu, Sebagai manusia yang dilahirkan dan besar dilingkungan tropis dan sehari hari menıkmati panasnya ibukota Jakarta, Mandi  dua atau tiga kali sehari menjadi rutinitas, Memakai air dingin itu terasa segar di badan, Tapi hal yang sama tidak bisa saya lakukan disini rasa dinginnya beda.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun