Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahami Janji, Sebelum Berjanji

6 Oktober 2015   16:37 Diperbarui: 6 Oktober 2015   17:00 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir-akhir ini sering kita temukan banyaknya orang-orang yang tidak begitu memahami apa itu janji. Seharusnya kata janji memberikan sebuah jalan analogi menuju sebuah tempat peradaban yang baik. Peradaban yang tidak hanya mendatangkan keambiguan bagi para awam yang menanti akan janji si penjanji, tapi juga mendatangkan deretan panaroma ketertekanan karena si janji. Hufft... harus kuakui janji itu benar-benar menakutkan.

Janji. Terdiri dari dua suku kata ‘jan’ dan ‘ji’. Dalam Bahasa Indonesia kata itu merupakan sebuah kesepakatan yang telah disepakati oleh dua belah pihak. Tidak ada kata-kata ingkar. Apalagi mendustai dari janji tersebut. Didalam kehidupan sehari-harinya kita selalu familier dengan kata janji, seperti “Aku janji, aku akan selalu membahagiakanmu...!” atau “Aku janji, apabila aku jadi pemimpin kelak, maka aku tidak akan membiarkan rakyat-rakyatku kelaparan, aku akan membuka banyak lapangan pekerjaan bagi pengangguran,” Ya, begitulah kira-kira.

Janji itu memang suatu perihal yang tidak begitu sulit. kita mengucapnya, orang lain percaya,  dagangan kita pun laris. Dan, janji itu pulalah yang sering kita dengar ketika calon pemimpin melakukan kampanye mereka. Berjuta janji manis pun sukses menjadi pemanis agar dagangan mereka laris.

Namun sayangnya, janji manusia tidak seperti merpati. Seringkali kita menemukan sedikit keingkaran pada janji-janji sipejanji. aaghhh... kenapa kita bisa kalah dengan burung merpati.

Tidak hanya rakyat-rakyat pun yang sering ingkar dalam janjinya, bahkan calon-calon pejabat negara pun ketika medapati dagangan laris terjual juga kerap kali ingkar dalam jani-janji nya ketika berjualan.

ah... pemimpinnya saja seperti itu, apalagi rakyatnya !!!

Lebih mirisnya lagi, ketika sipenagih janji tersebut menagih janji, maka mereka mengeluarkan berjuta alibi untuk menghindar dari janji-janji mereka.

Maka dari itu kepercayaanlah yang menjadi taruhannya. karena, hal yang mahal didunia ini adalah kepercayaan. tanpa adanya kepercayaan, maka tidak ada teman, pekerjaan, kerabat. menyakitkan bukan?

Biasanya, manusia yang sering ingkar janji adalah manusia yang penakut. Manusia yang tidak menyukai tantangan. Ketika dihadapi pada janji yang telah diucapkannya maka dia akan lebih memilih stay ditempat ditemani oleh beragam alibi mereka. tidak hanya itu, orang yang tidak mengetahui arti janji adalah orang yang tidak bertanggung jawab(sungguh, para wanita harus segera menjauh dari laki-laki yang memiliki sifat ini). Mereka sering lalai dalam tindakan yang harusnya dia lakukan.

Maka dari itu, bagi sipejanji yang sering berjanji, ada baiknya memahami dulu makna dari janji itu. Itu akan lebih mudah dari pada mengingkari. Dan itu akan lebih gampang dari mengeluarkan segala macam alibi.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun