Sanitasi lingkungan masih menjadi isu penting di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Jember. Salah satu dari sanitasi yang baik adalah ketersediaan jamban dan toilet yang layak, serta ketersediaan air bersih yang memadai. Tidak adanya fasilitas ini bisa berdampak yang sangat besar pada kesehatan masyarakat, terutama di kawasan pedesaan atau pemukiman padat penduduk. Selain itu, kurangnya akses terhadap jamban dapat menyebabkan berbagai masalah, mulai dari meningkatnya risiko penyakit menular, pencemaran lingkungan, hingga kualitas hidup menurun.
Ketika masyarakat tidak memiliki jamban yang layak, maka banyak yang buang air besar (BAB) di sungai. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air bahkan pencemaran air minum, selain itu buang air di sungai dapat menimbulkan penyakit. Tidak hanya itu, akses terhadap fasilitas sanitasi juga memberikan rasa aman dan nyaman, terutama bagi perempuan dan anak-anak yang sebelumnya harus mencari tempat di luar rumah.Â
Berdasarkan hasil survei verifikasi Open Defecation Free (ODF) Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Jember pada tahun 2024, 2,8% dari 2,6 juta penduduk Jember masih buang air sembarangan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember yang harus segera diatasi. Hasil observasi yang kami lakukan di wilayah Kecamatan Patrang, menunjukkan bahwa masih banyak warga yang buang air besar di sungai.
Sanitasi yang buruk berakar pada kebiasaan lama, seperti penggunaan sungai sebagai tempat buang air besar (BAB) yang telah berlangsung secara turun-temurun. Kebiasaan ini sulit diubah karena dianggap sebagai hal yang biasa dan praktis bagi masyarakat. Selain itu juga bisa disebabkan karena faktor biaya dan pengetahuan. Â Feses yang dibuang sembarangan, seperti di sungai dapat menjadi sarang bagi berbagai mikroorganisme penyebab penyakit, termasuk parasit, bakteri, dan virus. Patogen ini dapat menyebar melalui lingkungan, baik melalui udara, kontak langsung, maupun perantara seperti serangga, sehingga meningkatkan risiko infeksi pada manusia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebaran penyakit ke wilayah sekitar.
Dampak dari sanitasi lingkungan akibat ketiadaan akses jamban yang dialami, seperti mengalami bencana banjir secara tiba tiba, dikejar dan digigit ular, serta  diganggu makhluk ghoib ketika buang air besar di sungai pada malam hari. Selain itu, tidak adanya jamban dapat  memicu berbagai masalah kesehatan yang serius, salah satunya gangguan pada sistem pencernaan. Kondisi ini sering kali terjadi karena warga terpaksa menahan buang air besar, terutama pada malam hari, saat sungai yang biasanya digunakan sedang mengalami banjir.Â
Transformasi hidup warga terhadap sanitasi lingkungan membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. Tidak hanya memberikan fasilitas jamban yang layak, tetapi juga mengedukasi warga tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan dampak dari kebiasaan buang air besar (BAB) sembarangan. Pemerintah sekitar di Kecamatan Patrang perlu berperan aktif dalam memberikan bantuan berupa subsidi pembangunan jamban dan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat. Dengan terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, kualitas hidup masyarakat akan meningkat, serta dapat meminimalisir risiko penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk.Â
Mari bersama-sama kita wujudkan masa depan yang lebih sehat dan nyaman melalui sanitasi lingkungan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H