Mohon tunggu...
Kelompok 88 KKN UMD UNEJ 2024
Kelompok 88 KKN UMD UNEJ 2024 Mohon Tunggu... Mahasiswa - LP2M UNEJ

Dokumentasi dan informasi terkait KKN UMD UNEJ Kelompok 88 di Desa Kabuaran, Bondowoso, tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Situs Sejarah dan Kepurbakalaan Ditemukan di Lokasi KKN

2 Agustus 2024   00:26 Diperbarui: 2 Agustus 2024   00:29 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan menuju Situs Kepurbakalaan "Asta Batu Kenong Kabuaran" (Dok. PDD K.88)

Penjelajahan dan identifikasi objek wisata merupakan salah satu agenda Kelompok 88 KKN UNEJ UMD 2024 yang sudah dilaksakan sejak hari ke4 KKN, 13 Juli 2024. Kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh beberapa mahasiswa KKN Kelompok 88 ini telah membuahkan hasil berupa pemetaan spot objek wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. Penelusuran lapang objek wisata ini dilakukan bertujuan untuk menemukan beberapa potensi tersembunyi di Desa Kabuaran yang belum terungkap secara publik. Rencananya, survei lapang atau kegiatan mbolang ini menjadi referensi dan identifikasi pemetaan objek wisata yang nantinya bertujuan untuk menumbuhkan minat masyarakat desa untuk mengenalkan sekaligus membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Kabuaran Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso.

Pada tanggal 28 Juli 2024 minggu ketiga KKN, Kelompok 88 dengan ditemani oleh Kepala Desa Kabuaran, Bapak Sujono, melakukan kegiatan penelusuran objek wisata di kawasan Batu Lawang hingga Gunung Cemara. Dalam pertemuan malam sebelumnya, Bapak Sujono menginformasikan kepada kami tentang adanya "pemakaman kuno" di kawasan Batu Lawang. Sejalan dengan agenda program kerja kami, kami menyetujui untuk melakukan survei di tempat tersebut dengan dipandu oleh beliau. Dengan kondisi jalan yang cukup ekstrim, seperti medan yang tidak rata dan jalan bebaruan yang licin, kami semua mampu menaklukan Gunung Cemara dengan peralatan dan perbekalan seadanya.

Siang hari pukul 11, kami tiba di salah satu pondok warga Kabuaran, Pak Gafur, yang nanti menjadi rekan selama perjalanan observasi lokasi. Selanjutnya, kami menuju ke tempat "pemakaman kuno" yang diceritakan oleh Bapak Sujono semalam dengan melalui perkebunan cabai dan hutan bambu. Setibanya di lokasi makam, kami menemukan beberapa benda kepurbakalaan yang berupa batu kenong yang serupa dengan temuan yang ada di Pusat Megalitikum Maesan Kabupaten Bondowoso dan di Situs Duplang Arjasa dan Jelbuk Kabupaten Jember. Sebelum menelisik lebih lanjut, kami berdoa bersamasama untuk keselamatan dalam perjalanan hingga selesainya kegiatan observasi.

Kompleks Batu Kenong
Kompleks Batu Kenong "Asta Batu Kenong Kabuaran" (Dok. PDD K.88)

Batu Kenong merupakan salah satu benda kepurbakalaan yang berbentuk bulatan dengan tonjolan di bagian atasnya, yang menyerupai salah satu instrumen musik Gamelan yaitu Kenong, yaitu salah satu instrumen yang dipukul untuk menentukan ritme dalam orkes Gamelan. Batu tersebut merupakan salah satu bukti peradaban megalitikum di Nusantara yang berfungsi sebagai bentuk pemujaan kepada roh nenek moyang. Kebudayaan Animisme dari Batu Kenong jika diidentifikasi dari beberapa situs Megalitikum di sekitarnya sudah berlangsung dari masa Neolitikum dan Besi, jika ditinjau dari persebarannya di Nusantara. Prasetyo (2000) menyatakan bahwa Bondowoso menjadi salah satu wilayah sebaran budaya Megalitikum yang sudah menjadi investigasi Lembaga Riset Nasional Arkeologi sejak masa Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1938 oleh seorang arkeolog Belanda, Willem.

Menelisik Batu Kenong
Menelisik Batu Kenong "Asta Batu Kenong Kabuaran" (Dok. PDD K.88)

Dalam Kelompok 88 KKN, terdapat dua mahasiswa dari Ilmu Sejarah, yaitu Yuda Firmansyah (23) dan Firman Nur Ahmadi (22) yang sepakat untuk tidak menafsirkan lebih dalam arti dan keberadaan Batu Kenong, karena keterbatasan kajian. Keterbatasan dalam Filologi dan Ilmu Artefak, membuat kami berkesimpulan untuk menginformasikan bahwa eksistensi Batu Kenong di kawasan Gunung Cemara dan Batu Lawang merupakan jaringan kebudayaan Megalitikum yang dapat dipelajari lebih lanjut. Untuk sementara, kami menandai lokasi tersebut dengan nama "Asta Batu Kenong Kabuaran" di Google Maps oleh Ilham Hibatul Wafi (22). Harapannya dari kami, hadirnya para akademisi Arkeolog dan Filolog dapat menemukan beberapa petunjuk kondisi prasejarah di jejaring situs kepurbakalaan prasejarah Ujung Timur Pulau Jawa secara umum dan Desa Kabuaran secara khususnya.

Foto bersama Kelompok 88 KKN UNEJ UMD dengan pemandangan barisan Pegunungan Yang di Gunung Cemara Desa Kabuaran (Dok. Kelompok 88)
Foto bersama Kelompok 88 KKN UNEJ UMD dengan pemandangan barisan Pegunungan Yang di Gunung Cemara Desa Kabuaran (Dok. Kelompok 88)

Agenda observasi kami ditutup dengan makan bersama di Warung Rujak RT 01 Desa Kabuaran pukul 2 siang hari. Perjalanan kami memang cukup melelahkan, terlebih dengan peralatan dan persiapan yang sebenarnya tidak memungkinkan untuk menerjuni medan seperti itu. Perjalanan yang melelahkan di siang hari itu terbayarkan dengan hasil informasi potensi pariwisata alam dan kebudayaan Desa Kabuaran dan suguhan pemandangan yang menggugah pengunjungnya untuk menelusuri lagi di Gunung Cemara dan Batu Lawang.

Referensi:

Prasetyo, Bagyo. "The Distribution of Megaliths in Bondowoso". Bulletin of the IndoPacific Prehistory Association. Vol. 19, 2000, hlm. 7780.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun